Jalur tersebut, menurut penilaiannya, tergolong ramai dan hal itu memberinya sebuah harapan.
“Tapi kalau misalnya memang betul-betul di sini sulit untuk mendapatkan penghasilan, mungkin akan cari tempat lain lagi.”
Sejak kapan ada badut karakter?
Sulit dipastikan sejak kapan badut karakter tokoh animasi muncul. Tetapi seingat Ahmad, badut karakter sudah muncul sejak 1990-an.
Akan tetapi peran badut pada masa itu berbeda dengan sekarang. Menurut cerita Ahmad, dulu, badut biasanya tampil di acara-acara pesta, seperti ulang tahun anak.
“Dulu tidak seperti sekarang ini. Ondel-ondel juga nggak seperti sekarang. Nggak keluar kalau nggak ada acara-acara penting. Kalau sekarang kan jadi seperti pasaran. Dulu badut cuma untuk pesta-pesta dan bajunya juga lucu-lucu.
Badut beda dengan pengemis
Badut dan pengemis sama-sama berada di jalanan untuk mencari nafkah.
Walau sama-sama hidup di jalanan, menurut Ahmad, dua jenis pekerjaan tersebut tidak dapat disamakan.
Baca Juga: Kisah Penyedot Tinja: Rezeki dan Malapetaka di Balik Tahi
“Kalau pengemis itu dia tidak ada modal apa-apa, dia hanya modal 10 jari ini. Memohon belas kasihan orang. Kalau ini kan kita seperti organ tunggal, pakai modal, mereka jual suara dan dibayar. Kita juga jual penampilan, menghibur, kita dikasih syukur nggak juga nggak apa-apa,” kata Ahmad.
Bahkan, kata dia, badut yang terorganisir hanya tampil ketika mendapat undangan menghibur di sebuah acara.
“Hanya kita ini kan mandiri (badut mandiri). Jadi kalau dikatakan pengemis saya nggak setuju, beda. Pengemis itu beda dengan badut,” katanya.
Sambil berkata demikian, Ahmad menjelaskan bahwa meskipun menjadi badut, dia tetap sambil mencari-cari kesempatan kerja di bidang lain, syukur-syukur yang yang sesuai dengan keahliannya.
“Kalau ada yang ngajak kerja yang halal saya jabanin kok, saya bukan nggak berusaha. Bahkan segala segi pekerjaan itu saya ikuti yang penting itu pantas dikerjakan manusia,” kata dia.
Badut dan pandangan publik