Selain puasa, pada bulan Ramadhan, terdapat pula momen yang agung, yaitu memberikan zakat fitrah. Bagi orang mampu, zakat dan sedekah akan meringankan beban sesama, dan menghasilkan pahala yang sangat besar. Begitu pula untuk orang yang tidak mampu secara ekonomi, menerima pemberian orang kaya merupakan jasa yang sangat besar.
Orang miskin berjasa menjadi pembersih hartanya orang kaya. Ini adalah soal hak dan kewajiban. Bukan soal mana yang tinggi dan mana yang lebih rendah. Orang kaya memiliki kewajiban mengeluarkan hartanya, sementara orang miskin mempunyai hak untuk menerima itu atas ketidakmampuannya.
Orang kaya tak seharusnya merasa berjasa atas ‘pengorbanan’ harta yang memang wajib ia keluarkan. Kata Imam al-Ghazali, termasuk kategori mengungkit pemberian adalah ketika orang kaya merasa menolong orang yang miskin. Perasaan ini tidak tepat dimiliki oleh siapa saja.
Justru orang kaya harus berterima kasih kepada orang miskin. Atas jasa merekalah harta orang kaya menjadi bersih, tidak kotor. Jadi, orang kaya tidak boleh merasa mempunyai jasa berderma di hadapan orang miskin. Demikian disampaikan oleh Imam al-Ghazali dalam al-Arbain fi Ushulid Din.
Kita sedang saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Semua menjadi ladang ibadah. Yang kaya berzakat itu ibadah, orang miskin menerima zakat, dia ikut andil membersihkan hartanya yang kaya, ini juga ibadah. Sekali lagi, bagi orang beriman, apa pun posisi dan keadaannya, bernilai kebaikan.
Hadirin, di tengah pandemi ini, kita harus optimis bahwa kita bisa beradaptasi dengan keadaan secepat-cepatnya. Kita berharap, ke depan, keadaan menjadi semakin membaik: pintu-pintu masjid kembali terbuka sebagaimana sedia kala, kita bisa berkumpul bersama, mengaji bersama, menjalankan sistem kontrol sosial bersama-sama melalui pintu-pintu masjid di sekitar kita.
Selain itu, di hari raya ini, meskipun sebagian di antara kita terhalang oleh keadaan, jangan sampai kita lewatkan permohonan maaf kepada kedua orang tua walaupun sebagian di antara kita tidak bisa bertatap muka. Silakan saling memaafkan antarsaudara, tetangga, teman, dan lain sebagainya dengan menggunakan fasilitas yang ada, jika pertemuan fisik tidak memungkinkan.
Kita fungsikan media sosial yang kita punya sebagai sarana untuk merekatkan antarkeluarga, sesama muslim sehingga media sosial kita menjadi wasilah kita menuju ridha Allah subhanahu wa ta’ala.
Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan, taufiq, hidayah serta inayah-Nya supaya kita dan keluarga kita selalu menjadi orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Pada puncaknya, kelak saat kita akan menghadap Allah sang Pencipta, kita akan meninggalkan dunia ini dengan husnul khatimah, amin.
Itulah contoh khutbah di masa pandemi. Semoga bermanfaat dan selamat lebaran. Jangan lupa untuk tetap mematuhi protokol kesehatan.
Baca Juga: Bagaimana Bila Tertinggal Rakaat Pertama Salat Idul Fitri?
Kontributor : Muhammad Zuhdi Hidayat