Akan tetapi dari pengalaman Luther berinteraksi dengan mereka selama bertahun-tahun, dia menarik kesimpulan jangan terlalu dekat, “Lebih jaga jarak, kita ya sebatas kenal aja, nggak usah terlalu akrab.”
Mengapa begitu? Menurut Luther, sebagian dari mereka suka jika sudah punya koneksi dengan kontraktor, seterusnya akan dimanfaatkan untuk mencari keuntungan pribadi.
“Apalagi kalau ada momen Idul Fitri gini.”
Jika mereka punya koneksi dengan orang proyek, mereka akan selalu mencari tahu dimana saja proyek yang sedang dikerjakan. Jika satu perwakilan ormas atau LSM diberitahu lokasinya, biasanya mereka akan menginformasikan lagi ke rekan-rekannya dan selanjutnya mendatangi proyek.
Pelajaran lain lagi yang dipetik Luther dari tabiat sebagian ketua ormas dan LSM, janji-janji mereka tidak bisa dipegang.
Salah satu contoh, mereka datang dengan menawarkan diri dapat memberikan bantuan pengamanan proyek dan memastikan tidak akan ada kelompok lain lagi yang akan mengganggu. Tetapi setelah anggaran yang mereka minta dipenuhi, biasanya sudah lupa dengan janji-janji yang pernah diucapkan.
“Bohong biasanya. Pada saat ada yang datang lagi, mereka nggak tanggungjawab. Makanya, pada saat satu ormas kita kasih, pasti akan ada ormas-ormas lain yang akan datang ikut minta.”
“Dan si ormas baru ini tetap maksa. Ormas baru biasanya nggak mau minta jatah ke ormas yang satu lagi (yang sudah diberi anggaran).”
Luther akan sangat sulit untuk meminta pertanggungjawaban ormas atau LSM yang pernah menjanjikan pengamanan proyek, terkadang mereka kabur entah kemana.
Baca Juga: Kisah Penjaga Makam: Menjawab Apa Saja yang Terjadi di Kuburan
“Sulit juga, mereka apa ya, premanisme. Karena ya percuma juga kita mau ngusut begimanapun, ya mereka preman, nggak bisa dipegang. Dan ibaratnya walaupun ke ketuanya pun nggak bisa tanggungjawab, pasti dia akan nyalahkan lagi (menyalahkan kontraktor), kenapa dikasih. Itulah repotnya kalau sama premanisme.”
Itu sebabnya, tidak banyak kontraktor di negeri ini yang bersedia memberdayakan anggota ormas atau LSM dalam proyek-proyek yang sedang mereka kerjakan.
“Itulah, memang malas sebenarnya. Maunya nggak perlu capek, tapi dapat uang, menurut saya kayak gitu.”
Menurut pengalaman Luther, jika anggota ormas atau LSM dibandingkan dengan pengurus RT atau RW dalam konteks memegang perjanjian, RT atau RW lebih bisa dipercaya.
“Dia (RT/RW) keluarkan surat atau stempel atas nama RT, RW, biasanya warga atau lingkungan sudah paham gitu.”
Beda lagi urusan dengan pemilik area private