Kisah Anak Transmigran Merantau ke Jakarta: Apa yang Terjadi di Kampungnya?

Siswanto Suara.Com
Senin, 24 Mei 2021 | 07:00 WIB
Kisah Anak Transmigran Merantau ke Jakarta: Apa yang Terjadi di Kampungnya?
Ilustrasi transmigran [elements.envato]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Program transmigrasi dulu begitu populer. Kontribusi transmigran diakui besar sekali dalam mendukung program-program pemerataan pembangunan. Tulisan ini mengangkat pengalaman seorang anak transmigran -- yang tentu saja tak mewakili keseluruhan pengalaman -- di salah satu kampung di Lampung Utara. Setelah bertahun-tahun lamanya bertransmigrasi, bagaimana keadaan sekarang dan mengapa dia kemudian pergi untuk merantau ke Pulau Jawa lagi.

Firman -- begitu dia minta dipanggil namanya-- sebenarnya belum merasakan seperti apa keadaan keluarganya di Trenggalek, Jawa Timur, sebelum mereka mengikuti program transmigrasi. Ketika itu Firman belum lahir. Tapi dari cerita orangtua, pemuda ini tahu keluarganya dulu masuk kategori miskin.

Di Trenggalek, orang tua Firman merupakan petani penggarap. Mereka mendapatkan bayaran dari petani lain yang membutuhkan tenaga mereka. Tapi kalau sedang tidak ada yang mempekerjakan, mereka kerja serabutan dengan penghasilan yang tak menentu.

Sampai kemudian muncul tawaran dari pemerintah untuk mengikuti program transmigrasi ke Pulau Sumatra.

“Siapa sih yang nggak tergiur ditawari transmigrasi, kan diberi tanah. Terus keluarga pindah. Namanya juga manusia, ditawari gratis ya tergiur. Lebih menjanjikan,” kata Firman menjelaskan alasan keluarganya bersedia dipindahkan oleh pemerintah ke daerah lain.

Sawah [elements.envato]
Ilustrasi transmigran [elements.envato]

Awal tahun 1980-an, orangtua Firman dan empat kepala keluarga yang masih satu kerabat diberangkatkan pemerintah ke Kabupaten Lampung Utara. Lampung Utara dulu menjadi kabupaten terluas di Provinsi Lampung, tetapi kemudian mengalami beberapakali pemekaran wilayah.

Mereka sangat antusias mengikuti program transmigrasi. Mereka pergi dengan membawa sebuah harapan di tempat baru bisa memperbaiki kesejahteraan keluarga yang kiranya sulit dicapai jika masih tetap memilih bertahan di Trenggalek.

Rombongan warga menumpang bus sampai ke sebuah pelabuhan. Lalu pindah ke atas kapal laut. Setelah berjam-jam kemudian mereka turun dan pindah lagi ke bus yang akan mengantarkan ke tanah yang dijanjikan.

Singkat cerita, sampailah mereka ke daerah tujuan program transmigrasi.

Baca Juga: Kisah Kontraktor Kenyang Hadapi Para Pemalak Proyek

Tempat tujuan transmigrasi masih berupa hutan dan semak ketika keluarga Firman dan rombongan datang. Mereka harus membabat hutan dari nol. Kemudian menyiapkan ladang untuk bertani.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI