Suara.com - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali menjadi penguji pada Ujian Terbuka Promosi Doktor S3 Ilmu Keolahragaan Fakultas Keolahragaan Universitas Sebelas Maret (UNS) atas nama Sulistiyono melalui virtual, Selasa (22/6) dari Sitroom, Kemenpora.
Selain Menpora Amali, turut hadir Dewan Penguji antara lain Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof Jamal Wiwoho, Rektor Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Prof Dr Nurhasan dan Rektor Universirs Negeri Yogyakarta Prof Dr Sumaryanto.
Sulistiyono menyusun disertasi karya ilmiah S3-nya dengan judul Pengembangan Model Latihan Berbasis Games Experience Learning untuk Mengembangkan Keterampilan dan Karakter pada Siswa Sekolah Sepakbola Kelompok Umur 9 -12 tahun (Studi Pengembangan pada Sekolah Sepak bola di Kabupaten Sleman).
Dalam paparannya, Sulistiyono mengatakan bahwa sekolah sepak bola sebagai akar rumput yang membina pemain usia 7 sampai 15 tahun.
"Mengacu model pembinaan di negara maju dengan konsep Long Term Athlete Development (LTAD), pada usia 9-12 tahun, idealnya mereka masih berada pada level pengembangan tehnik dan karakter. Tetapi apa yang terjadi di Indonesia, lathan berorientasi pada kemenangan tim ketika bertanding dalam kompetisi, "ujarnya.
Menurutnya, di Indonesia model latihan lebih latihan bersifat spesialisasi dini bahkan pengembangan karakter diabaikan oleh pelatih.
"Solusi yang saya prediksi dapat menyelesaikan masalah, kami mengajukan penelitian dengan judul Model Latihan Berbasis Games Experience Learning untuk Mengembangkan Keterampilan dan Karakter pada Siswa Sekolah Sepakbola Kelompok Umur 9 -12 tahun," jelasnya.
Sebelum melakukan penelitian disertasi ia telah melakukan studi literatur terkait dengan penelitian yang relevan, pengembangan skill maupun pengembangan karakter di dunia olahraga.
"Pengembangan dan karakter dalam latar belakang olahraga prestasi belum kami temukan. Memang ada tapi masih dalam dunia pendidikan jasmani. Rumusan masalah yang dipilih ada 6, tetapi ada masalah yang paling paling yaitu masalah ke 6 yaitu, bagaimana efektivitas model latihan ini dibandingkan dengan model latihan yang bersifat konvensional atau saat ini banyak dilakukan di lapangan,"tambahnya.
Baca Juga: Top 5 Sport Sepekan: Legenda Bulutangkis Markis Kido Tutup Usia
Ia melanjutkan, kondisi yang terjadi di kabupaten Sleman, SDM pelatih 40 persen yang ada di lapangan belum memiliki lisensi pelatihan. Pelatih berorientasi pada fisik, teknik dan taktik tetapi karakter belum menjadi perhatian khusus oleh mereka. Namun demikian, pelatih mengamggap bahwa olahraga dapat dijadikan media untuk mengembangkan karakte tapi diakui masih sering terjadi hal-hal yang tidak mengenakan di pertandingan sepakbola.