"Saat saya sedang berkemas saya bisa mendengar peluru dan roket. Pesawat dan helikopter terbang rendah di atas kepala kami," ujarnya.
Ia mangungkapkan jika dirinya adalah wanita muda yang masih tersisa sedang mencoba melarikan diri dari kejaran Taliban. "Saya melihat pejuang Taliban tepat di luar rumah kami. Mereka ada di mana-mana," ungkapnya.
"Tepat setelah kami pergi, sebuah roket mendarat tepat di sebelah kami. Saya ingat saya berteriak dan menangis, wanita dan anak-anak di sekitar saya berlari ke segala arah," ungkapnya.
"Kami berhasil mendapatkan mobil paman saya dan mulai mengemudi menuju rumahnya, yang berjarak 30 menit di luar kota,"
"Dalam perjalanan kami dihentikan di sebuah pos pemeriksaan Taliban. Itu adalah momen paling menakutkan dalam hidupku," ungkapnya.
Doakan Saya
Jurnalis wanita tersebut mengungkapkan jika ia saat ini berada di pinggiran kota tanpa ada sumber daya yang bisa digunakan.
"Sebuah daerah pedesaan di mana tidak ada apa-apa. Tidak ada air mengalir atau listrik. Hampir tidak ada sinyal telepon dan saya terputus dari dunia." ungkapnya.
Ia juga menceritakan jika sebagian besar wanita dan gadis telah melarikan diri dari kota dan mencoba mencari tempat yang aman. "Saya tidak bisa berhenti memikirkan dan mengkhawatirkan teman-teman saya, tetangga saya, teman sekelas saya, semua wanita di Afghanistan." ungkapnya.
Baca Juga: Pemerintah Afghanistan yang Didukung Amerika Tumbang, Anggota Kongres AS Marah
Ia juga mengungkapkan jika dirinya dan semua warga sedang terkepung oleh Taliban dan mencoba melarikan diri dari kota dan mencari jalan keluar dari provinsi.
"Saat ini, semuanya tegang. Yang bisa saya lakukan hanyalah terus berlari dan berharap jalan keluar provinsi segera dibuka. Tolong doakan saya." pungkasnya.