Identitas Muslim Indonesia Tiba-tiba Menjadi Mencolok Setelah Serangan 9/11

SiswantoABC Suara.Com
Sabtu, 11 September 2021 | 14:11 WIB
Identitas Muslim Indonesia Tiba-tiba Menjadi Mencolok Setelah Serangan 9/11
Menara kembar WTC saat dihantam pesawat teroris Al Qaeda pada 11 September 2001 (Shutterstock).

"Ada pula kejadian di kereta Underground ketika satu anak saya yang ketika itu berumur 9 tahun tiba-tiba ditarik keluar dari tempat duduknya," katanya, sementara penumpang lain hanya diam saja tak membantu.

"Tidak lama setelah itu kebetulan kami pindah ke daerah perumahan yang mayoritas dihuni orang Inggris asli, sehingga saya dengan berat hati membuka hijab saya."

"[Karena] kalau keluar rumah, saya harus menggunakan transpor publik, sehingga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, saya melepas hijab saya." katanya lagi.

Image: Sepuluh tahun lalu saat perayaan peristiwa serangan 11 September, kota New York menembakkan cahaya biru ke langit. Reuters: Eric Thayer

"Ini saya lakukan untuk alasan keamanan, karena saat itu suami saya punya jam kerja panjang dan sering saya hanya sendiri bersama anak-anak yang masih kecil."

Antara tahun 2009 sampai 2014, Dian sempat pulang ke Indonesia karena mendapatkan pekerjaan di sebuah sekolah internasional, sebelum kembali lagi ke Inggris di tahun 2015.

Dian pun memutuskan kembali mengenakan jilbab setelah melihat ada perubahan besar warga Inggris dalam memperlakukan Muslim.

"Ternyata ada hikmah di balik peristiwa September 11, yaitu meningkatkan awareness terhadap Muslim".

Image: Sejak serangan 11 September, Muslim di negara barat telah menggelar sejumlah unjuk rasa di jalanan dan di jejaring sosial karena merasa diperlakukan berbeda. Reuters: James Lawler Duggan

"Meski banyak kejadian pahit yang dirasakan Muslim di Inggris, di balik itu masyarakat semakin kenal dengan Islam. Dan dengan semakin kenal, semakin ada rasa menghormati."

Dua puluh tahun setelah peristiwa 11 September di Amerika Serikat, Dian merasa tak ada masalah lagi menjadi Muslim di Inggris.

Baca Juga: Membantah Teori Konspirasi Seputar Serangan 11 September atas New York

"Menurut saya negeri ini sangat baik mendukung hak dan kesempatan untuk semua orang.

"Tugas kita sebagai Muslim adalah menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat, melakukan dakwah kita melalui karakter yang baik."

Merasakan menjadi kelompok minoritas di Australia

Beberapa bulan setelah serangan 11 September 2001, Ersa Tri Wahyuni berangkat ke Melbourne untuk melanjutkan studinya di bidang akuntansi.

Ia mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Australia, AusAid namanya saat itu, untuk kuliah di University of Melbourne.

Ersa mengatakan setibanya di Melbourne, ia tak menyangka betapa kuatnya ia merasakan sentimen anti-Islam di Australia setelah peristiwa 11 September.

"Saya di Indonesia kan tidak pernah memiliki masalah dengan identitas atau penggunaan jilbab, yang sudah saya pakai sejak umur 15 tahun," ujarnya kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI