Identitas Muslim Indonesia Tiba-tiba Menjadi Mencolok Setelah Serangan 9/11

SiswantoABC Suara.Com
Sabtu, 11 September 2021 | 14:11 WIB
Identitas Muslim Indonesia Tiba-tiba Menjadi Mencolok Setelah Serangan 9/11
Menara kembar WTC saat dihantam pesawat teroris Al Qaeda pada 11 September 2001 (Shutterstock).

"Kami semua, mahasiswa asal Indonesia, sering diingatkan untuk selalu berhati-hati, jangan dulu kumpul-kumpul atau pengajian," kata Ersa yang kini menjadi dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (FEB Unpad).

Ersa pernah juga mendengar laporan ada pengajian di rumah mahasiswa Indonesia di Brunswick yang digerebek dan komputernya diambil. Tapi ia tidak tahu pasti kelanjutan dari laporan tersebut.

Di awal semester Ersa sudah ditunjuk menjadi Presiden untuk asosisasi mahasiswa pasca-sarjana University of Melbourne, salah satu organisasi kemahasiswaan terbesar di Australia.

Ersa mengatakan ia menjadi mahasiswa internasional dan Muslimah pertama di asosisasi yang saat itu menaungi lebih dari 10 ribu mahasiswa pascasarjana.

"Tapi saat itu kok jadinya heboh banget ya, sampai masuk ke media, ke majalah, dengan menyoroti perempuan berjilbab menjadi presiden asosiasi," ujarnya.

Ersa sempat merasa terpilihnya menjadi presiden asosiasi hanya karena dirinya seorang Muslim, serta sebagai pernyataan politik dari University of Melbourne menanggapi sentimen anti-Islam yang sedang berkembang.

"Tapi ketika saya bertanya kenapa saya yang dipilih dan mengalahkan mahasiswa lokal, jawabannya karena saya sudah memiliki banyak pengalaman sebagai aktivis mahasiswa di Indonesia," ujarnya.

Ersa pun membuktikan kemampuannya dalam memperhatikan kesejahteraan mahasiswa pascasarjana di Australia, termasuk memperkenalkan pemahaman perbedaan budaya di dunia kampus.

Salah satunya adalah menggagas disediakannya pilihan makanan halal dan vegetarian di setiap kegiatan kemahasiswaan.

Baca Juga: Membantah Teori Konspirasi Seputar Serangan 11 September atas New York

"Sebelumnya mereka tidak pernah melakukannya, padahal mahasiswa internasional terutama dari kalangan Muslim makin banyak."

Ersa saat ini menjabat sebagai Kepala Unit Internasionalisasi di FEB Unpad dan ia mengatakan pengalamannya tinggal di luar negeri sebagai minoritas menjadi salah satu kesempatan terbaik dalam hidupnya.

"Dengan pernah menjadi kelompok minoritas di luar negeri, kita semakin paham pentingnya menghargai perbedaan dan empati bagi orang lain," kata Ersa.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI