"Kita tidak bisa meninggalkan orang-orang Afganistan."
Korban manusia dari konflik di Afghanistan masih tetap tinggi. PBB secara khusus mengkhawatirkan dampak konflik terhadap perempuan dan anak perempuan.
Sekitar 80% dari hampir seperempat juta warga Afghanistan yang terpaksa mengungsi sejak akhir Mei adalah perempuan dan anak-anak.
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), dari 1 Januari hingga 18 Oktober tahun ini, lebih dari 660 ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena konflik.
Bunuh diri dirasa jadi satu-satunya pilihan Angka pengangguran melonjak dan bagi banyak orang, sumur yang menjadi sumber pendapatan mereka telah kerontang.
Beberapa orang memilih bunuh diri dan mengakhiri perjuangan mereka.
Rohullah, 60, penjaga sekolah yang dikelola pemerintah di Badakhshan utara, sudah tidak menerima gaji selama 3 bulan terakhir.
Ia adalah salah seseorang yang mengambil pilihan putus asa itu, meninggalkan keluarganya dalam duka.
"Dia tidak bilang apa-apa. Suatu hari kami semua di rumah dan dia meminta pena dan kertas untuk menuliskan utang-utang kami. Kami semua mengira dia bercanda dengan kami tapi dia serius, beberapa hari kemudian dia bunuh diri," putri Rohullah yang bernama Taiba mengatakan kepada DW.
Baca Juga: Demi Pekerjaan dan Hidup Baru, Warga Afghanistan Menyelundupkan Diri ke Iran
Dana Moneter Internasional (IMF), memperkirakan ekonomi Afganistan akan terkontraksi hingga 30% tahun ini.