"Ketika saya masih bekerja di Taiwan ada informasi dari agen di Jakarta tentang lowongan kerja di kapal ikan Australia," jelasnya.
"Setelah balik ke Indonesia, ternyata syarat untuk pergi ke Australia harus ada sertifikat bahasa Inggris IELTS," tambahnya.
Karena kemampuan bahasa Inggrisnya sangat terbatas, Arfan bersama Aslam dan rekan pelaut lainnya yakni Harifuddin, Iswan dan Akbar, pergi ke Pare di Kediri, Jawa Timur untuk belajar.
"Setelah belajar sekitar tiga bulan, kami ikut tes IELTS di Jakarta dan tak satu pun di antara kami yang lulus," ujarnya.
Tak berputus asa, anak-anak muda ini kembali ke Pare, lalu setelah tiga bulan mereka ikut tes lagi dan lulus.
Setelah memiliki sertifikat IELTS, kelima pelaut ini pun pulang ke kampung masing-masing, karena tabungan mereka dari hasil bekerja di kapal Taiwan sudah habis.
Sambil menunggu panggilan ke Australia, mereka melakukan berbagai macam pekerjaan. Afran dan Aslam bahkan pergi ke Kendari untuk ikut di kapal ikan tradisional.
"Setelah bekerja sekitar tiga bulan, salah satu dari kami berlima sudah ada panggilan bekerja ke Australia," katanya.
Beberapa bulan kemudian Arfan juga menerima panggilan melalui agennya di Jakarta.
Baca Juga: Australia Umumkan The Base dan Hizbullah Sebagai Organisasi Teroris dan Terlarang
"Masih ada prosedur yang harus dilakukan seperti cek kesehatan, perpanjangan sertifikat pelaut dan tanda tangan kontrak. Sebelum berangkat pun kami harus membayar ke agen sekitar Rp25 juta," jelasnya.