"Dulu, sebelum tahun 2012, jika pun ada banjir di kampung-kampung sekitar DAS Barito maupun Katingan, tidak pernah separah saat ini. Banjir paling lama hanya bertahan seminggu."
Data yang dilansir oleh kompas.com mencatat, ada sedikitnya 2.049.790 hektar lahan kelapa sawit di Kalimantan Tengah pada tahun 2021, naik hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2017 yakni sekitar 1.480.988 hektar.
Yeryana menilai pengelolaan hutan bisa lebih baik dan berkelanjutan jika dikelola oleh masyarakat adat.
"Saya berani bilang, pengelola hutan yang paling bertanggung jawab adalah kami, masyarakat adat, karena kami enggak pernah sembarangan mengolah dan membuka hutan kami."
Ia menambahkan, masyarakat adat di Indonesia masing-masing punya penafsiran soal alam yang berbeda tapi serupa, yakni wilayah adat dianggap sebagai titipan leluhur yang harus dikelola berkelanjutan dan berkeadilan.
Peran masyarakat adat dalam kelestarian hutan juga diakui dunia.
Dalam COP26 di Glasgow beberapa waktu lalu, para pemimpin negara sepakat bahwa masyarakat adat adalah pihak yang selama ini terbukti berhasil menjaga keseimbangan alam dengan caranya masing-masing.
“Ada bukti yang luar biasa bahwa masyarakat adat adalah penjaga hutan yang paling efektif, tapi sering terancam bahaya, dan karenanya mereka harus menjadi inti dari solusi berbasis alam untuk keadaan darurat iklim,” kata Menteri Lingkungan Hidup Inggris, Zac Goldsmith dalam perhelatan tersebut.
Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sambolinggi, juga menggarisbawahi kontribusi masyarakat adat dengan mengutip laporan penelitian internasional bahwa 80 persen keanekaragaman hayati di dunia ini dijaga oleh masyarakat adat.
Baca Juga: Wamen LHK: Tahun 2023 Penetapan Kawasan Hutan Harus Selesai 100%
"Jadi sebesar itulah peran masyarakat adat dalam menjaga bumi ketika perusahaan-perusahaan yang diberi izin oleh negara memperkosa bumi," ujarnya.