Seperti apa masyarakat adat mengelola alam?
Banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat adat dalam mengolah hutan namun tidak eksploitatif dan merusak keseimbangan alam.
Dalam tradisi Dayak Maanyan, Yeryana menjelaskan, ada beberapa tahapan yang dilalui bahkan sejak berencana membuka ladang.
"Kami melakukan ritual dulu, namanya nyuwuk jumpun, meminta izin pada entitas hutan sebelum membuka ladang. Kami juga mengambil secukupnya dan sesuai tanah warisan leluhur."
Membersihkan dan membuka ladang pun tidak sembarangan. Ada hitungan waktu dan bulan tertentu untuk itu.
"Mulai membakar September. Bulan Oktober enggak boleh membakar, karena pengalaman leluhur kami Oktober itu angin rendah bertiup, itu membawa api meluas, jadi enggak akan ada pembakaran pada bulan Oktober" ujar Yery.
Menurut perhitungan Masyarakat Adat Dayak, urusan penghidupan hanya boleh diurus bulan September sampai April, sementara bulan Juni-Juli adalah masa mengurus yang mati.
"Ritual kematian biasanya dilakukan pada saat itu," kata Yery.
Proses menebang pun menurut Yery tidak sembarangan dan tidak bisa menentukan sendiri, harus bekerja sama dengan peladang tetangga agar bergotong-royong.
"Ditebang dulu, dibersihkan ranting-rantingnya, dibersihkan sekat bakarnya, dibikin batas apinya, dan minimal ada tiga peladang bertetangga."
Baca Juga: Wamen LHK: Tahun 2023 Penetapan Kawasan Hutan Harus Selesai 100%
Yang paling diantisipasi adalah saat pembakaran. Pemilik ladang akan meminta bantuan keluarga atau rekannya untuk menjaga api supaya tidak merambat.