Mencari Kritik di Ujung Demokrasi

Jum'at, 26 November 2021 | 13:48 WIB
Mencari Kritik di Ujung Demokrasi
Ekspresi Mural. (Dok: Kominfo)

Suara.com - Beberapa waktu yang lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui bahwa pemerintahannya selama ini mendapatkan banyak kritik dari berbagai pihak. Masyarakat menyampaikan kritik melalui karya seni mural yang muncul di berbagai kota dan menjadi viral di media sosial.

Pengakuan itu disampaikan Jokowi dalam kesempatan pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada Sidang Tahunan MPR, DPD, dan DPR RI dalam rangka HUT ke-76 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

“Saya juga menyadari, begitu banyak kritikan kepada pemerintah, terutama terhadap hal-hal yang belum bisa kita selesaikan,” kata Jokowi dalam pidato tersebut.

Kritik yang dimaksud terkait erat dengan kinerja pemerintah dalam menanggulangi pandemi virus korona, baik dari pencegahan penyebaran maupun tingkat vaksinasi nasional.

Masyarakat menyampaikan kritik kepada Presiden Jokowi dalam bentuk mural dan grafiti di ruang-ruang publik yang membuat gerah sejumlah pihak. Alhasil, sebagian besar mural dan grafiti yang terdeteksi langsung dihapus dari tembok.

Merdeka Ataoe Mati

Tempat umum adalah spot favorit yang kerap dipilih artis mural untuk menyampaikan kegelisahan dan pesan kritiknya.

Tercatat kritik mural untuk Jokowi ada di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Tangerang, dan Batam.

Misalnya di Yogyakarta, tepatnya di bawah jembatan Kleringan atau kreteg Kewek, sempat muncul tulisan “DIBUNGKAM” yang hanya berusia 24 jam karena langsung dihapus oleh petugas.

Baca Juga: Anies Sebut Jokowi Bukan Penentu Lokasi Sirkuit Formula E, Bamsoet: Salahnya di Mana?

Di Tangerang, muncul tulisan “Wabah Sesungguhnya Adalah Kelaparan” yang juga dihapus petugas karena diduga dibuat di pekarangan milik orang lain.

Mungkin yang paling viral di media sosial adalah karya mural “404: Not Found” yang dibuat di kolong jembatan di Tangerang.

Di era awal kemerdekaan Indonesia, propaganda yang sama juga dipakai para pejuang untuk membakar semangat masyarakat. Di masa penjajahan, di mana kebebasan berpendapat dikunci oleh penjajah dan masyarakat diberi propaganda, mural mulai muncul dan memberikan semangat pemberontakan dan mengusir penjajah. Berbagai tulisan yang berisi seruan mendukung kemerdekaan mulai menutupi dinding kita dan gerbong kereta secara mencolok.

Salah satu yang terkenal adalah coretan besar di gerbong kereta pada periode revolusi 1945-1949, “Merdeka Ataoe Mati,” sebagai peringatan kedatangan kembali tentara NICA ke wilayah Indonesia.

Kritik dan Demokrasi

Presiden Jokowi menyadari setiap kritik yang ditujukan kepada pemerintahannya. Ia menganggap kritik tersebut adalah bagian penting dari praktik demokrasi dan kehidupan bernegara.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI