Dalam pernyataan minggu lalu setelah FWO mengajukan gugatan hukum, Coles mengatakan bahwa mereka sedang mengkaji apa yang terjadi, dan kalau memang diperlukan perundingan mengenai hal tersebut, mereka akan mengumumkannya kepada publik.
Bulan Februari lalu Coles mengakui adanya kekurangan pembayaran sekitar A$20 juta (Rp200 miliar) terhadap sekitar 1 persen dari keseluruhan staf.
Dalam pernyataannya yang terbaru, Coles meminta maaf atas kejadian tersebut dan sudah menyediakan dana A$23 juta untuk pembayaran kompensasi.
Tetapi pengacara dari kantor Adero Law Rory Markham yang menangani kasus class action mengatakan estimasi Coles mengenai bayaran yang belum diterima mantan pegawainya sangat jauh berbeda dari kenyataan.
"Ketika kita dibayar gaji tetap seperti halnya para manajer Coles, tidak ada lagi pembayaran untuk kerja di luar jam kerja normal atau kerja berlebihan," katanya.
Dia mengatakan, informasi yang diperoleh dari sekitar 2.200 staf yang sudah mengajukan class action adalah bahwa mereka rata-rata bekerja antara 55 sampai 65 jam per minggu, jauh lebih tinggi dari kontrak per minggu selama 40 jam.
Penjualan untuk barang yang dibuat sendiri memerlukan lebih banyak staf
Di bagian penjualan roti misalnya, penjualan roti dan donat yang dibuat sendiri di toko memerlukan waktu lebih lama dibandingkan roti yang dibuat oleh perusahaan lain.
Menurut Daragh Whelan yang menjadi manajer salah satu supermarket Coles di Melbourne, untuk menjual roti buatan sendiri memerlukan lebih banyak pekerja agar semua roti bisa terjual.
Dia mengatakan karenanya kadang manajer harus bekerja tambahan setelah pekerja paruh waktu selesai dengan tugas mereka.
Baca Juga: Hits Health: Varian Omicron Menyebar di Pub Australia, Kepribadian INTJ yang Langka
"Pada dasarnya manajer toko harus tetap melanjutkan tugas dan mengerjakan tugas sendiri," katanya.