"Saya perlu tempat berlindung, tempat yang aman. Inginnya kembali, tetapi mau bagaimana lagi, kondisinya tidak memungkinkan."
Berbeda dengan Saliman dan Kasan, rumah Sarjumat sebenarnya tidak langsung terdampak saat pertama kali terjadi letusan.
Tapi tiga hari setelah letusan, air sungai dan lahar dingin bercampur pasir, batu, dan lumpur, menerjang dan merusak rumah Sarjumat, sehingga ia harus mengungsi ke tempat tinggal saudaranya.
Sarjumat mengatakan ia kehilangan setidaknya delapan orang anggota keluarganya yang tinggal di Kampung Renteng.
"[Saya kehilangan] lima orang saudara saya, satu orang cucu, dan dua orang keponakan. Berapa itu? Coba bayangkan."
Minggu lalu proses pencarian sempat tertunda karena hujan deras yang mengakibatkan banjir lahar dingin, serta awas panas.
Meski menempati tempat-tempat pengungsian, di pagi atau siang hari sebagian besar warga memilih mendatangi rumah mereka untuk melihat kondisinya dan mengambil barang-barang yang mereka anggap berharga.
BNPB mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 kilometer arah bukaan kawah di sektor tenggara - selatan.
Selain itu, BNPB juga mengingatkan agar tetap waspada dengan ancaman lahar di alur sungai Gunung Semeru.
Baca Juga: BNPB: Bertambah Dua Korban Meninggal Bencana Erupsi Semeru, 9.754 Jiwa Mengungsi
Laporannya dalam bahasa Inggris bisa dibaca di sini