"Karena oligarki kekuasaan memborong semua kekuatan sosial politik. Partai politik yang ada dan mereka tinggal membelah dua," ujarnya lagi.
Refly kemudian membuat ilustrasi apabila pemegang kursi mayoritas di parlemen bersikap kompak saat pilpres nanti, maka tidak akan ada calon lain yang bisa berlaga.
"Misalnya sekarang istana menguasai 82% kursi parlemen yang lolos, parlemen threshold maka tidak ada calon lain kalau mereka kompak," jelasnya.
"Jadi mereka tinggal membelah dua, satu calon Prabowo Puan, satu calon lain ya bisa jadi ketua umum - ketua umum partai dari 7 tersebut," lanjutnya.
Selanjutnya, menurut Refly pasangan kedua bisa dibentuk dari dua di antara lima ketua parpol yang tersisa.
"Jadi berarti tinggal 5, maka tinggal dibentuk pasangan diantara Surya Paloh, kemudian Suharso Monoarfa, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar dan Zulkifli Hasan," ucapnya.
"Slotnya tinggal satu saja, diantara mereka tinggal bagaimana kesepakatan lalu ya diadu dengan Prabowo, Puan yang merupakan kontestasi yang kira-kira cuma main-main saja. Tidak serius begitu," sambungnya.
Jika hal itu benar-benar terjadi, Refly menyebut para pendukung Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo hanya bisa gigit jari karena jagoan mereka tak bisa berlaga.
"Makannya kita harus menghilangkan kemungkinan ini, sekecil apapun itu," ucap Refly.
Baca Juga: Ikut Menyalatkan Jenazah Haji Lulung, Anies Baswedan: Beliau Orang yang Giat Ibadah
"Jadi mereka yang menjagokan Anies akan gigit jari, yang menjagokan Ganjar juga akan gigit jari kalau modelnya oligarki seperti itu ya," pungkasnya.