Awal tahun 2020, Lituania adalah satu-satunya negara yang meninggalkan apa yang disebut Forum Kerjasama Ekonomi 17+1, yang dimotori Cina dan beranggotakan banyak negara Eropa tengah dan timur.
"Kami percaya bahwa hubungan ekonomi yang dibangun dengan negara-negara demokrasi lebih berkelanjutan dan tahan lama, karena lebih didasarkan pada prinsip supremasi hukum. Karena itu hubungan seperti itu lebih sesuai dengan kepentingan Lituania," kata Menteri Luar Negeri Lituania Gabrielius Landsbergis kepada wartawan pertengahan November lalu.
Tanggapan itu membuat banyak orang di Beijing makin marah. Akhir November, harian berbahasa Inggris yang menjadi corong Partau Komunis Cina, Global Times menyebut Lituania negara kerdil, dengan "populasi bahkan tidak sebesar distrik Chaoyang di Beijing".
Selanjutnya harian itu menulis bahwa Lituania "hanya seekor tikus, atau bahkan kutu, di bawah kaki gajah-gajah yang berkelahi."
Kebijakan luar negeri berdasarkan nilai-nilai etis Lituania memang tidak perlu terlalu khawatir dengan dampak ekonomi, karena pengaruh Cina dalam perekonomiannya hampir tidak ada.
Selain itu, sebagai negara yang memerdekakan diri dari rezim komunis Uni Soviet, orang Lituania sangat skeptis terhadap rezim komunisme berdasarkan sejarah dan apa yang mereka alami dulu.
Pada tahun 1990, Lituania adalah negara pertama yang secara aktif mendeklarasikan kemerdekaannya dari Uni Soviet, pengamat politik Kai-Olaf Lang dari Berlin mengingatkan.
Sejak itu, para politisi Lituania selalu menekankan pentingnya memperjuangkan kebebasan, demokrasi, dan hak asasi manusia. Itulah sebabnya negara kecil itu juga menampung para pelarian politik dari Belarus.
"Banyak orang Lituania diingatkan akan perjuangan mereka sendiri untuk kebebasan," kata Lang.
Baca Juga: Lituania Siapkan Dana Rp 1,6 Juta Bagi Lansia yang Mau Divaksin Covid-19
Pemerintah Lituania saat ini dalam perjanjian koalisi juga menekankan bahwa mereka akan "secara aktif menentang setiap pelanggaran hak asasi manusia dan kebebasan demokratis, dan akan membela semua orang yang berjuang untuk kebebasan di dunia", dari Belarus hingga Taiwan. (hp/ha)