WHO Peringatkan Tsunami Omicron, Ini Perkembangan Covid di Dunia

SiswantoABC Suara.Com
Kamis, 30 Desember 2021 | 18:21 WIB
WHO Peringatkan Tsunami Omicron, Ini Perkembangan Covid di Dunia
Ilustrasi Varian Omicron (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Prancis telah melaporkan 208.000 kasus COVID-19 baru dalam satu hari, yang merupakan rekor tertinggi yang dipicu oleh varian Omicron.

Saat mengumumkan angka kasus, Menteri Kesehatan Prancis, Olivier Veran, juga membela rencana pemerintahannya yang hanya akan mengizinkan orang yang sudah divaksinasi penuh untuk bisa masuk ke tempat-tempat umum, seperti restoran, bioskop, gedung teater, museum, dan arena olahraga.

Di Paris, masker akan kembali diwajibkan mulai Jumat besok (31/12) dengan denda 135 euro (sekitar Rp2,2 juta) jika dilanggar.

Saat ini lebih dari dua dinyatakan positif COVID dalam setiap detik di Prancis, ujar Olivier.

Warga yang tidak divaksinasi "sangat kecil kemungkinannya kali ini untuk bisa lolos [dari COVID-19], karena virusnya menyebar terlalu cepat", tambahnya.

70 persen orang di unit perawatan intensif di rumah sakit umum Paris tidak divaksinasi.

Di Amerika Serikat, kasus COVID-19 juga kembali meningkat. 

Jika di bulan Januari 2021 terdapat 250 ribu kasus per hari, maka kali ini rekor baru sudah tercetak dengan hampir 270 ribu pernularan per hari.

Angka kematian juga telah meningkat dalam dua minggu terakhir, dengan rata-rata sebanyak 1.500 kematian per hari, yang menjadi bukti jika vaksin bisa melindungi diri dari sakit parah akibat varian baru virus corona.

Baca Juga: Ancaman Varian Omicron di Akhir Tahun, Ini Respons Negara-negara Dunia

Sementara itu di China, kasus COVID-19 dilaporkan meningkat yang membuat kota Xian menerapkan 'lockdown' paling ketat selama pandemi.

Hingga sebelum perayaan Natal, jumlah kasus harian di kota Xian meningkat selama enam hari berturut-turut sejak 17 Desember, menurut laporan kantor berita Reuters 

Pengumuman 'lockdown' juga memicu kepanikan warga yang memborong barang-barang.

Mereka yang panik mulai mendatangi toko-toko, meski Pemerintah China menjamin pasokan kebutuhan sehari-hari akan terus ditambah.

Sementara bagi warga lainnya, lockdown berarti mereka tak bisa berkumpul bersama keluarga.

"Saya merasa hancur karena tidak akan bisa pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru," tulis pengguna Weibo, Yi Yan Xian Che.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI