"Gue udah ngomong ke orang tua kalau gue mau cuti semester ini. Gue mau fokus healing selama 6 bulan ini. Tapi orang tua gue malah gak setuju," bebernya.
Tak sampai di situ, ia curhat orang tuanya justru menyebutnya manja. Situasi itu membuat ia semakin terpuruk dan bingung. Ia takut jika memaksakan kuliah tanpa "healing", maka nilainya bisa menurun drastis.
"Bahkan gue dibilang manja. Gue bingung mau gimana, takutnya kalau paksain IPK malah tambah anjlok," ungkapnya.
Lebih lanjut, mahasiswa ini sampai menangis frustasi dengan sikap orang tua. Menurutnya, orang tuanya tidak memahami isu kesehatan mental yang dialaminya.
"Gue juga susah komunikasikan ini ke orang tua karena mereka gak aware soal mental health kayak gue. Gue mesti gimana?" pungkasnya dengan emoji menangis.

Curhatan panjang lebar mahasiswa ini mengenai mental health, self reward sampai healing langsung ramai mendapatkan atensi warganet. Hingga berita ini dipublikasikan, cuitan tersebut sedikitnya telah mendapatkan 17 ribu retween dan 10 ribu tanda suka.
Warganet juga membanjiri kolom komentar curhatan warganet itu dengan nyinyiran, alih-alih simpati. Banyak yang menilai jika mahasiswa itu memang berlebihan dan mendukung sikap orang tuanya.
"Gimana ya nder. Welcome to the jungle, mau gamau ya harus usaha buat survive," pesan warganet.
"Cuy lu tuh sebenernya cuma butuh libur alias refreshing. Idealnya refreshing itu 1-2 minggu. Kagak ada healing apa self reward-lah 6 bulan. Emang 6 bulan lu mau ngapain? Menyelesaikan perang di Timur Tengah lu? Buang-buang waktu aje. Libur semester aja kan 1 bulan lebih, bahkan ada yang 2 bulan. Itu cukup," tegur warganet.
Baca Juga: Viral Outfit Penjual Gorengan Ini Gegerkan Warga Siang Bolong: Nyi Roro Bakul
"HALAH! 6 bulan, cuti melahirkan di Nestle lu?" sahut warganet.