Tidur Beralas Seadanya ala TNI: Pengalaman Kepala Sekolah Rakyat yang Tuai Pro Kontra

Jum'at, 20 Juni 2025 | 19:29 WIB
Tidur Beralas Seadanya ala TNI: Pengalaman Kepala Sekolah Rakyat yang Tuai Pro Kontra
Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) (tengah) menggelar retreat selama lima hari untuk 53 Kepala Sekolah Rakyat di selurih Indonesia, Jakarta, Selasa (17/6/2025). [Suara.com/Lilis]

Suara.com - Konsep retret dalam persiapan program Sekolah Rakyat dinilai bermanfaat, kendati tuai kritik publik karena terkesan mengandung unsur militerisasi. Retret Kepala Sekolah Rakyat itu diketahui dilakukan selama lima hari.

Retret tersebut kemudian dibagi, selama tiga hari pertama para kepala sekolah itu ditempatkan di Balai Diklat Kementerian Sosial di Margaguna, Jakarta Selatan.

Kemudian pada Rabu 18 Juni 2025 malam, mereka dipindahkan ke barak militer Komplek Resimen Arhanud I, Faletehan, Kodam Jaya, Jakarta.

Seorang Kepala Sekolah Rakyat dari Sentra Pangurangi di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel), M Jufrianto, mengungkapkan bahwa salah satu materi retret memang disampaikan oleh purnawirawan TNI.

Namun, dia memastikan bahwa tidak ada unsur militerisasi selama kegiatan retret.

"Highlight-nya itu adalah tentang pengabdian, di sini betul-betul kita rasakan. Karena yang dihadirkan adalah purnawirawan mayjen, saya lupa namanya, bapak yang betul-betul umur sudah 77 tahun, tetapi bagaimana pengabdiannya untuk mengajarkan tentang nilai-nilai juang 1945," cerita Jufrianto ditemui usai acara retret, Jumat 20 Juni 2025.

Tercatat sejumlah 42 Kepala Sekolah Rakyat menjalani retret selama dua hari di lingkungan barak TNI dengan fasilitas sederhana.

Jufrianto bercerita, bersama puluhan kepala sekolah dari berbagai daerah lainnya juga merasakan tidur dengan alas seadanya ala prajurit TNI.

"Jadi kita betul-betul beralaskan kayak TNI, itu tidur di situ," ungkapnya.

Baca Juga: Sekolah Rakyat Beroperasi 24 Jam, Fokus Bangun Karakter Anak dari Keluarga Miskin

Menurut Jufrianto, pengalaman itu bermanfaat pula untuk lebih memiliki empati terhadap masyarakat dari kalangan bawah.

"Memang nggak seperti orang-orang miskin, tetapi kan kita betul-betul bagaimana survive di sini. Antre juga, karena kan sekolah rakyat ini prinsipnya boarding, jadi mereka (siswa) juga akan antre makanan, itu kita rasakan di sini."

"Paling tidak gambaran sedikit mengenai yang begitu-begituan kita sudah rasakan. Ketika kita sudah merasakan, saya yakin kita tidak akan serta-merta men-judge," tuturnya.

Sebelumnya, Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo juga telah menegaskan bahwa retret ini bukan bentuk militerisasi pendidikan.

Meski dilaksanakan di barak TNI, tujuannya adalah memperkuat karakter para pendidik, bukan mengubah mereka jadi tentara.

Salah satu Kepala Sekolah Rakyat dari Sentra Pangurangi di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel) M Jufrianto mengungkapkan pengalamannya selama retret digelar. [Suara.com/Lilis]
Salah satu Kepala Sekolah Rakyat dari Sentra Pangurangi di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel) M Jufrianto mengungkapkan pengalamannya selama retret digelar. [Suara.com/Lilis]

"Ini bukan pendidikan militerisasi ya, saya klarifikasi. Ini pendidikan karakter, pendidikan kedisiplinan. Memang yang punya kesatuan, yang punya kedisiplinan, kebetulan tentara, ya sudah kita berkolaborasi," kata Agus.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI