Suara.com - Seiring kepulangan delegasi Iran dari Wina, Austria, keputusan untuk menghidupkan kembali Perjanjian Nuklir 2015 kini sepenuhnya berada di tangan Iran, kata Uni Eropa. Hambatan terakhir muncul dari Rusia.
Sudah sejak lebih dari satu bulan juru runding Iran, Ali Bagheri Kani, menetap di Wina, Austria. Tapi pada Senin (7/3) malam, dia mendadak dikabarkan terbang kembali ke Teheran.
Kantor berita IRNA menulis, kepulangan delegasi Iran "sudah termasuk prosedur umum untuk konsultasi rutin selama perundingan.”
Namun juru runding Uni Eropa mengisyaratkan perjalanan Ali Bagheri menandakan babak akhir negosiasi nuklir.
Menurutnya, sekarang keputusan akhir sepenuhnya berada di tangan pemerintah Iran.
"Sudah tidak ada lagi perundingan teknis atau pertemuan formal,” tulis Enrique Mora lewat akun Twitter-nya.
"Sudah saatnya, dalam beberapa hari kedepan, bagi Iran untuk membuat keputusan politis dan mengakhiri perundingan di Wina.”
Pernyataan Mora diamini negosiator Inggris dan Prancis yang juga ikut terlibat dalam proses negosiasi.
Di Wina, Uni Eropa, Rusia dan Cina berusaha menjembatani Iran dan Amerika Serikat, sejak Perundingan Nuklir 2015 dibatalkan bekas Presiden Donald Trump tahun 2018 silam.
Baca Juga: Konflik Rusia dan Ukraina, Elon Musk Ingatkan Soal Pasokan Minyak Dunia serta Reaktor Nuklir
Perjanjian itu melarang pengembangan senjata nuklir oleh Iran dan memuat kerangka teknis seputar pengembangan teknologi nuklir untuk keperluan damai.
"Kita sudah semakin dekat,” kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, soal tenggat keputusan. Namun begitu, masih ada "sejumlah isu-isu yang rumit dan masih harus dipecahkan.”
Dinamika baru dari Rusia Hambatan terakhir muncul pada Sabtu (5/3), ketika Menlu Rusia, Sergey Lavrov, menuntut Amerika Serikat menjamin agar Moskow masih bisa berdagang dengan Iran di tengah sanksi akibat invasi Ukraina.
Senin (7/3), Lavrov berbicara dengan Menlu Iran, Hossein Amirabdollahian, untuk membahas embargo ekonomi barat dan kelanjutan kerjasama nuklir antara kedua negara.
"Kami menentang perang atau penjatuhan sanksi. Sudah jelas bahwa kerja sama antara Iran dan semua negara, termasuk Rusia, tidak boleh terpengaruhi oleh atmosfer embargo,” tulis Amirabdillahian dalam keterangan pers.
Direktur Proyek Iran di International Crisis Group, Ali Vaez, menilai dinamika baru dari Rusia "belum akan” berdampak terhadap kelanjutan Perjanjian Nuklir.