Suara.com - Kehadiran maskapai Susi Air di Bandara Internasional Kertajati (BIJB) semakin mengukuhkan posisinya sebagai hub penerbangan yang strategis. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengungkapkan alasan di balik pemilihan lima rute penerbangan Susi Air dari Kertajati yang dinilai sangat menarik dan prospektif.
Kelima rute ini, menurut Dedi, bukan hanya sekadar konektivitas udara, melainkan juga cerminan potensi ekonomi dan pariwisata di wilayah Jawa Barat bagian selatan dan tengah.
Berikut adalah daftar lima rute penerbangan Susi Air dari Kertajati yang menjadi sorotan:
1. Cilacap-Kertajati
2. Purwokerto-Purbalingga-Kertajati
3. Semarang-Kertajati
4. Yogyakarta-Kertajati
5. Tasikmalaya-Kertajati.
Untuk diketahui, Dedi Mulyadi berencana untuk mengalihkan sebagian dana operasional per tahun yang dikeluarkan Pemprov Jabar untuk BIJB Kertajati sebesar Rp60 miliar ke Susi Air.
Pengalihan ini akan digunakan sebagai subsidi operasional penerbangan Susi Air, yang dinilai Dedi bakal menjadi langkah untuk menghidupkan Kertajati.
Baca Juga: LPG 3 Kg Satu Harga Tak Cukup, Kebocoran Subsidi Bisa Makin Menganga jika Pengawasan Lemah?
"Tadi Bu Susi (Pudjiastuti) nanya biaya operasional yang diberikan (per tahun), saya katakan di kisaran Rp60 miliar per tahun, dan saya sampaikan aja hari ini, Bu Susi menawarkan uang itu digunakan untuk mensubsidi penerbangan di Kertajati," kata KDM sapaan akrabnya, dilansir dari Antara.
Hal ini, kata Dedi, sebagai upaya penyelamatan Kertajati untuk mendukung langkah yang tengah dikerjakan yakni fokus ke penerbangan internasional khususnya haji dan umrah.
"Nah sebenarnya kan kalau penerbangan haji dan umrah ini bisa berjalan dengan yang domestik itu," ucapnya.
Namun demikian, Dedi mengatakan untuk bisa beriringan itu ada permasalahan, salah satunya investasi yang cukup besar, sehingga dirinya mengambil langkah untuk mensubsidi Susi Air.
Subsidi ini juga, kata Dedi, karena dirinya mendapat cerita dari Susi Pudjiastuti bahwa salah satu permasalahan Kertajati lainnya adalah kru pesawat yang harus berangkat ke Jakarta dan jika melalui jalur darat menggunakan pengawalan butuh waktu empat jam yang disebutnya tidak mungkin dilakukan.
"Itu tidak mungkin karena lamanya dia terbang sehari, di mana jam kerja pilot hanya sembilan jam. Karenanya harus ada rute dari Halim ke Kertajati dulu untuk mengangkut kru pesawat.