Namun demikian, menurutnya kerapatan sensor dan fasilitas pendeteksi kegempaan masih perlu ditambah mengingat panjangnya garis pantai Indonesia yang rawan kegempaan dan tsunami.
"Saat ini gempa-gempa mikro bisa terdeteksi. Ini penting dengan deteksibilitas yang kuat maka dapat dipetakan sumber-sumber gempa baru yang selama ini tidak diketahui. Muaranya, tetap pada upaya mitigasi yang lebih komprehensif guna mengurangi risiko yang ditimbulkan gempa bumi," ucap Rahmat.
Sementara itu, Plt. Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, Widjo Kongko mengatakan, bahwa BRIN ingin berkolaborasi dengan BMKG untuk bersama-sama membangun satu sistem pemodelan tsunami guna mendukung program Indonesia Tsunami Early Warning System atau InaTEWS.
"Mulai tahun ini dan tahun depan, optimis bisa kita lakukan dan semoga dapat berjalan dengan baik," kata Widjo.