Rusia Jadi Negara Paling Banyak Mendapat Sanksi Setelah Invasi ke Ukraina

SiswantoABC Suara.Com
Jum'at, 11 Maret 2022 | 10:54 WIB
Rusia Jadi Negara Paling Banyak Mendapat Sanksi Setelah Invasi ke Ukraina
Presiden Vladimir Putin (Pixabay/DimitroSevastopol)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dr Wolodymyr Motyka seorang pensiunan akademisi dariUniversity of Newcastle kepada ABC mengatakan bahwa sanksi yang diterapkan pihak Barat sekarang mulai memengaruhi perekonomian Rusia.

Lembaga pemberi peringkat kredit Moody sekarang menurunkan tingkat kredit Rusia menjadi Ca, hari Minggu, yaitu tingkat kedua terendah.

Moody mengatakan keputusan menurunkan tingkat kredit Rusia 'didasarkan pada kekhawatiran serius atas kemauan dan kemampuan Rusiamembayar utang mereka."

Dr Motyka mengatakan Rusia bisa tidak bisa membayar utang mereka dalam beberapa pekan mendatang, dan bila terjadi, peringkat kredit mereka bisa turun lagi.

"Sebuah negara berdaulat yang tidak membayar utang berarti tidak akan lagi dipercaya oleh dunia internasional, karena investasi yang ditanam di sana besar kemungkinan tidak akan bisa ditarik kembali," kataDr Motyka.

"

"Ketika sebuah negara dikenal sebagai pengemplang utang, pada dasarnya berarti ekonomi mereka lumpuh.. dan persoalan yang mereka hadapi semakin banyak."

"

Bisnis menghentikan operasi di Rusia

Banyak perusahaan internasional juga mengumumkan mereka menghentikan operasi di Rusia.

Sebuah daftar yang dikumpulkan oleh Sekolah Manajemen Yale University di Amerika Serikat menunjukkan adanya sekitar 300 perusahaan yang menarik diri dari Rusia.

Baca Juga: Invasi Rusia Mengganggu Akses Layanan Obat untuk Pengguna Narkoba di Ukraina

Ini termasuk maskapai penerbangan, merek terkenal, perusahaan pembuat mobil ternama, perusahaan teknologi besar, juga Mastercard dan Visa.

Hari Selasa (08/03),McDonald's, Starbucks, Coca-Cola, PepsiCo danGeneral Electric mengumumkan mereka untuk sementara menghentikan kegiatan bisnis di Rusia, sebagai reaksi atas invasi yang dilakukan ke Ukraina.

"Nilai yang kami usung tidak bisa mengesampingkan tragedi kemanusiaan yang tidak perluyang terjadi di Ukraina," kata Presiden dan CEO McDonald'sChris Kempczinski dalam surat terbuka kepada karyawan mereka.

Perusahaan pembuat makanan cepat saji tersebut mengatakan akan menutup sementara 850 toko di sana namun tetap membayar upah 62 ribu karyawan yang "sudah bekerja keras membesarkan nama McDonald's".

Namun, menurut Yale University, beberapa perusahaan dan jaringan hotel besar masih tetap beroperasi di sana.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dariABC News.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI