Kanselir Jerman dan Presiden Turki Desak Gencatan Senjata di Ukraina

Rabu, 16 Maret 2022 | 11:11 WIB
Kanselir Jerman dan Presiden Turki Desak Gencatan Senjata di Ukraina
DW

Pembicaraan dengan kanselir Jerman dilakukan dalam "suasana jujur dan terbuka", katanya.

Dia menekankan lagi pentingnya hubungan kedua negara, dilatarbelakangi dengan sekitar 3 juta penduduk Jerman keturunan Turki.

"Perdagangan antara kedua negara yang sekarang mencapai volume 41 miliar dolar akan ditingkatkan dan diperluas lagi", kata Erdogan.

Belum terjawab: kemungkinan Turki bergabung dengan Uni Eropa "Memang banyak hal yang mungkin", kata Olaf Scholz ketika ditanya tentang hubungan ekonomi kedua negara.

"Dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan", tambahnya. Dalam bidang energi misalnya, Turki bisa menyalurkan gas dari Azerbaijan dan Iran ke Eropa dengan jaringan pipa gas yang dimilikinya.

"Tentu saja kami membutuhkan diversifikasi untuk menjamin pasokan energi di Eropa, termasuk gas, minyak mentah dan batubara. Perlu ada sumber lain selain Rusia", tambah Olaf Scholz.

Kanselir Jerman juga mengatakan, dia akan mendukung perluasan zona ekonomi bersama yang sejak dulu diusulkan Turki untuk kawasan Uni Eropa, agar barang-barang dari Turki bisa diperdagangkan lebih luas lagi di Uni Eropa.

Turki sejak tahun 1999 memang sudah resmi mendapat status sebagai "calon anggota" Uni Eropa, namun prosedur penerimaannya terhenti karena masalah hak asasi, kebebasan pers dan independensi lembaga peradilan yang menjadi tuntutan utama Uni Eropa. hp/as (dpa, rtr, afp, ap)

Baca Juga: Fokus Perang Ukraina, Barat Tak Lagi Mengurusi Krisis Afganistan

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI