Kanselir Jerman dan Presiden Turki Desak Gencatan Senjata di Ukraina

Rabu, 16 Maret 2022 | 11:11 WIB
Kanselir Jerman dan Presiden Turki Desak Gencatan Senjata di Ukraina
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sebelumnya dia ke AS, Ukraina, Rusia dan Israel. "Kerjasama dengan Turki sangat penting dalam konflik ini", kata Scholz.

Memang banyak hal yang perlu dibenahi dalam hubungan Jerman-Turki, yang di masa akhir pemerintahan Angela Merkel makin memburuk.

Rangkaian penahanan aktivis dan jurnalis Jerman di Turki sejak 2017 membuat hubungan antara kedua negara semakin dingin. Olaf Scholz tidak menutup mata tentang hal itu.

"Memang ada perbedaan perbedaan pandangan antara kami, misalnya dalam hal hak asasi manusia dan negara hukum", katanya.

Ditanya wartawan tentang hal itu, Presiden Erdogan tidak menjawabnya dan hanya mengatakan puas dengan perbaikan hubungan Jerman dan Turki belakngan ini.

Pembicaraan dengan kanselir Jerman dilakukan dalam "suasana jujur dan terbuka", katanya.

Dia menekankan lagi pentingnya hubungan kedua negara, dilatarbelakangi dengan sekitar 3 juta penduduk Jerman keturunan Turki.

"Perdagangan antara kedua negara yang sekarang mencapai volume 41 miliar dolar akan ditingkatkan dan diperluas lagi", kata Erdogan.

Belum terjawab: kemungkinan Turki bergabung dengan Uni Eropa "Memang banyak hal yang mungkin", kata Olaf Scholz ketika ditanya tentang hubungan ekonomi kedua negara.

Baca Juga: Fokus Perang Ukraina, Barat Tak Lagi Mengurusi Krisis Afganistan

"Dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan", tambahnya. Dalam bidang energi misalnya, Turki bisa menyalurkan gas dari Azerbaijan dan Iran ke Eropa dengan jaringan pipa gas yang dimilikinya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI