Musni Umar bukan saja hobi bersosial media. Dia tercatat pernah menulis beberapa buku, mulai tahun 2002 hingga 2014 lalu. Buku yang ditulisnya adalah Jokowi Satrio Piningit Indonesia (2014), Korupsi di Era Demokrasi (2013), Menjadi Manusia Paripurna (2013), Demokrasi Perubahan dan Pembangunan di DKI Jakarta (2012), Demokrasi dan Islam Di Kalangan Orang-orang Miskin (2011).
Lalu ada Membangkitkan Memori Kolektif Indonesia Malaysia (Editor bersama Pudentia, 2011), Soft Power Approach Indonesia-Malaysia (2011), Islam Dan Demokrasi Di Indonesia Kemenangan Abangan dan Sekuler (2004), Alqur’an, Demokrasi Politik & Ekonomi (2003), Korupsi Musuh Bersama (Editor, 2004), DPRD di Era Otonomi Daerah (2003) dan Aceh Win-win Solution (2002).
Gelar Profesor tidak tercatat di Keputusan Presiden atau Menteri
Musni mengakui jika gelar profesornya memang tidak tercatat pada keputusan presiden atau menteri. Namun, dia tidak terima jika disebut sebagai profesor palsu.
Ia mengklaim gelar profesor tersebut dia peroleh dari UIC dan Asia University, Malaysia.
"Tapi bukan berarti dia itu gadungan. Sama sekali tidak ada unsur penipuan, tidak ada yang dirugikan. Bahkan sejak saya pimpin, UIC berkembang luar biasa. Tadinya dari 300 mahasiswa, sekarang tercatat dan aktif 2.751," katanya.
Musni Umar juga mengaku tidak mengenal YLH selaku pihak yang melaporkan dirinya ke polisi.
"Saya tidak tahu juga karena orang itu saya nggak kenal, tidak pernah berhubungan. Tiba-tiba saja dia menyampaikan surat ke presiden, ke Ketua MPR, seluruh pejabat tinggi termasuk gubernur DKI," imbuh Musni Umar.
Itulah profil Musni Umar yang belakangan status profesornya dipertanyakan.
Kontributor : Lukman Hakim