Suara.com - Cara-cara Rusia menginvasi Ukraina mengingatkan pada kekejaman Nazi Jerman. Eropa hanya bisa mencapai perdamaian, jika para penjahat perang Rusia menderita kekalahan militer. Opini editor DW Eugen Theise.
Bucha, Irpin, Gostomel, Mariupol, Trostianets — itulah nama-nama tempat di Ukraina yang melambangkan kengerian perang agresi Rusia, dan daftar itu akan semakin panjang.
Pria yang tangannya diikat, kemudian dieksekusi dengan tembakan di kepala, perempuan yang ditembak mati ketika ke luar dari perlindungan ruang bawah tanah, sekolah-sekolah dan rumah sakit yang dibom - pembunuhan membabi buta terhadap warga sipil, tampaknya merupakan ciri khas tindakan Rusia terhadap Ukraina dalam perang ini.
Media sosial dibanjiri kesaksian saksi mata dan gambar-gambar mengerikan setelah kota-kota Ukraina itu dibebaskan dari kendali Rusia.
Salah satu adegan barbarisme Rusia — kurang dikenal secara internasional dibandingkan Mariupol atau Bucha — adalah Peremoha.
Sekitar 50 kilometer di timur Kyiv. Tempat itu sebagian besar dihancurkan dan dijarah setelah pendudukan Rusia selama sebulan.
Kisah penderitaan
Peremoha sangat istimewa. Sebelum 1945, tempat itu disebut Yadlivka, dan menjadi simbol kekejaman tentara pendudukan.
Selama Perang Dunia II, pasukan Jerman membakar desa itu hingga rata dengan tanah untuk menghukum penduduk setempat karena mendukung perlawanan partisan.
Baca Juga: Perjuangan Irpin, Kota Pahlawan yang Porak-poranda Menahan Pasukan Rusia
Desa itu lalu dibangun kembali setelah perang dan berganti nama menjadi Peremoha, yang dalam bahasa Ukraina berarti "kemenangan".