Mengapa Kemenangan Anak Diktator Filipina Disambut Gegap Gempita?

SiswantoABC Suara.Com
Kamis, 12 Mei 2022 | 15:43 WIB
Mengapa Kemenangan Anak Diktator Filipina Disambut Gegap Gempita?
Calon Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr dalam salah satu acara kampanye di Provinsi Ilocos Norte, 25 Maret 2022 lalu. [Ted Aljibe/AFP/Getty]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Di seluruh dunia, politisi telah menggunakan media sosial sebagai alat untuk membangun ulang citra diri mereka sendiri dengan memberikan informasi atau fakta alternatif, katanya.

"Ini adalah pemasaran politik yang cerdas sebagai bagian dari kampanye BBM dalam memanfaatkan media sosial untuk menulis ulang sejarah," kata Dr Sinpeng kepada ABC.

"Ada garis tipis antara rebranding dan menciptakan citra dan persona baru, dan menciptakan informasi alternatif yang melawan fakta."

Dia mengatakan yang membedakan pemilu kali ini dengan tahun 2016 adalah pergeseran ke platform seperti TikTok.

"Tik Tok penting karena ini adalah rumah bagi para amatir, bukan influencer profesional," katanya.

"Saya pikir pengaruh akar rumput semacam itu, yang jauh lebih sedikit dipantau daripada Facebook, telah memberi ruang bagi kampanye BBM untuk benar-benar tumbuh secara luas."

Filipina dikhawatirkan menghadapi kesenjangan yang lebih lebar

Marie Anne San Gabriel berbicara di acara "Paint Adelaide Pink Sunday" bulan lalu untuk mendukung Leni Robredo.

Gabriel mengatakan dia tidak hanya khawatir tentang korupsi, tetapi juga takut pemerintah Bongbong Marcos akan meninggalkan banyak orang Filipina.

Leni Robredo telah menjanjikan pemerintah yang fokus pada kaum terpinggirkan.

Baca Juga: Profil Bongbong Marcos Jr, Presiden Terpilih Filipina Anak Ferdinand Marcos Sang Diktator

"Kandidat saya sudah membantu orang-orang dari daerah yang sangat miskin," kata Gabriel.

"Bagi banyak orang di Filipina, situasi mereka sangat kritis."

Walaupun ada spekulasi tentang kecurangan pemilu dan laporan mesin pemungutan suara yang rusak, Gabriel mengatakan sulit untuk menyangkal hasil perolehan suara Bongbong yang unggul telak.

Penghitungan tidak resmi menunjukkan Bongbong Marcos memiliki 31 juta suara, dua kali lipat dari Leni Robredo.

"Kami harus menerima kekalahan, itu hal yang paling bisa dengan  lapang dada dilakukan," kata Gabriel.

Terry Alpines – yang mengatur acara penggalangan dana untuk desanya di Filipina melalui Circulo Capizeno of Melbourne (CCM) – mengatakan negara itu membutuhkan pemerintahan yang bekerja dengan sepenuh hati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI