Barat dan Cina Bersaing Himpun Kekuatan, Kerja Sama Global Kian Rumit

Jum'at, 13 Mei 2022 | 15:09 WIB
Barat dan Cina Bersaing Himpun Kekuatan, Kerja Sama Global Kian Rumit
DW

"Ini ditujukan untuk negara-negara berkembang dengan penekanan pada tahap pembangunan bersama atau pengalaman bersama dalam mengalami sejarah kolonialisme, dan menekankan prinsip-prinsip kedaulatan dan tanpa intervensi."

Pukulan besar bagi organisasi internasional Saat Amerika Serikat dan Cina tengah mencoba mengonsolidasikan hubungan mereka dengan negara-negara dengan nilai-nilai yang sama, muncul kekhawatiran tentang kemungkinan persaingan ini akan menimbulkan tantangan bagi sistem internasional yang tengah berjalan.

"Sekarang kita telah memasuki fase di mana berbagai wilayah geografi telah menyadari ketergantungan strategis dan kritis mereka dan telah mulai, kurang lebih, melindungi pasar terbuka mereka dari perusahaan-perusahaan yang disubsidi negara Cina dan berusaha mendapatkan timbal balik dengan cara mereka sendiri," ujar Havren.

"Dua blok yang muncul ini dan persaingan antara mereka akan menyebar ke semua bidang, termasuk pertahanan, perdagangan, investasi, dan teknologi. Sistem internasional yang ada tengah ditantang oleh koalisi longgar yang dipimpin oleh Cina dan Rusia, sementara demokrasi Barat berusaha mempertahankannya," menurut Havren.

Ia memperkirakan bahwa persaingan ini akan memberikan pukulan besar bagi organisasi internasional karena mereka berisiko menjadi "usang" dan telah menunjukkan ketidakmampuannya dalam memecahkan berbagai masalah penting, termasuk perang Ukraina.

Upaya pertahankan level kerja sama Terlepas dari kesenjangan yang semakin besar di antara kedua kubu, negara-negara Barat masih berharap untuk dapat mempertahankan beberapa tingkat kerja sama dengan Beijing dalam isu-isu tertentu, seperti perubahan iklim.

Namun, itu tidak mudah mengingat persaingan yang berkembang dan rasa ketidakpercayaan yang semakin dalam. John Kerry, utusan khusus kepresidenan AS untuk iklim, baru-baru ini mengatakan bahwa kerja sama iklim antara Washington dan Beijing menjadi "lebih sulit" karena kian tajamnya perbedaan pendapat antara kedua belah pihak.

"Ini membuat diplomasi lebih rumit," tambah Havren. Ian Chong dari NUS juga berpendapat bahwa upaya untuk membuat Beijing mengatasi perubahan iklim menjadi lebih sulit.

"Semua orang menyadari bahwa setiap negara perlu berbuat sesuatu tentang lingkungan, tetapi masalah siapa yang harus melakukan lebih banyak dan siapa yang melakukan lebih sedikit, serta apakah negara-negara maju bisa mengatur apa yang harus dilakukan negara lain, tampaknya ini akan terus menciptakan ketegangan," ujar Ian Chong. (ae/yf)

Baca Juga: Presiden China Xi Jinping Idap Aneurisma Otak, Mungkinkah Bisa Mengancam Jiwa?

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI