Foto narapidana yang sempat disiksa di penjara tersebut dipublikasi oleh media Vice dan menuai amarah di akun Twitter.
Pakar pun memperingatkan agar pengeditan foto tidak dilakukan semena-mena, apalagi dengan munculnya teknologi kecerdasan buatan (AI).
Sejauh ini, menurut pengamatan Bonnie, akun @tukangpulas_asli serta akun lainnya yang sering muncul di media sosial tidak melakukan perwarnaan foto dengan sembarangan.
"[Mewarnai foto] tidak masalah selama warnanya tepat dan sesuai," katanya.
"Selama fotonya diwarnai sesuai dengan warna sesungguhnya, artinya tidak mengubah autentisitas dari foto itu."
Menurut Bonnie, peran pemberi warna foto hitam-putih ini termasuk ke dalam domain sejarah publik, yang artinya sama seperti museum, galeri, dan tempat bersejarah lainnya.
Kategori ini berbeda dengan sejarah sebagai mata pelajaran di mana pembicaraan dan diskusi tentang sejarah dibahas secara akademis.
Di tengah bertambahnya minat mempelajari sejarah di tengah anak muda, Bonnie mengatakan penting bagi institusi sejarah publik untuk menumbuhkan ketertarikan lebih jauh.
"Di dalam sejarah publik, bila dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu, sekarang jauh lebih bagus," katanya.
Baca Juga: Anting Happy Salma Bikin Salfok, Ternyata Penuh Makna soal Sejarah Indonesia
"Sekarang mampu enggak museum meningkatkan kualitasnya di Indonesia, profesionalisme, kreativitas supaya semakin menumbuhkan minat dan memberikan edukasi publik di bidang kesejarahan dengan lebih baik."