Kisah Pilu Bocah Somalia, Menyamar Jadi Siswa Sekolah Demi Sebungkus Makanan

Bangun Santoso Suara.Com
Selasa, 21 Juni 2022 | 09:07 WIB
Kisah Pilu Bocah Somalia, Menyamar Jadi Siswa Sekolah Demi Sebungkus Makanan
Anak-anak kelaparan di Somalia. (Shutterstock)

Angka itu kemungkinan hanya sebagian dari jumlah yang sebenarnya karena banyak penduduk yang tak mampu mencari pertolongan.

PBB mengingatkan bulan ini bahwa lebih dari sepertiga dari 16 juta penduduk Somalia memerlukan makanan untuk bertahan hidup.

Beberapa wilayah bisa dilanda kelaparan bulan ini. Bantuan di beberapa tempat akan habis pada Juni.

Tak Ada Waktu Pemulihan

Penduduk Somalia membawa anak-anak mereka ke Dollow Hosspital di Dollow, Gedo Region, Somalia (24/5/20222). (Foto: VOA)
Penduduk Somalia membawa anak-anak mereka ke Dollow Hosspital di Dollow, Gedo Region, Somalia (24/5/20222). (Foto: VOA)

Keluarga Bashir sebelumnya tak pernah meninggalkan rumah mereka di bagian selatan Somalia tengah, bahkan ketika terjadi bencana kelaparan pada 2011 yang menelan seperempat juta nyawa manusia, yang kebanyakan adalah anak-anak.

Para pekerja bantuan mengatakan angka kematian bisa mendekati angka itu lagi dalam kekeringan kali ini.

Keluarga Bashir saat itu tidak mengungsi. Beberapa ekor ternak selamat, sehingga mereka tetap tinggal di lahan pertanian mereka di dekat desa Ceel Bon.

Tetapi kali ini, kekeringan telah merenggut nyawa 12 sapi dan 21 kambing mereka. Ternak adalah harta berharga di sebuah negara di mana kekayaan dihitung dari banyaknya hewan.

Keluarga itu sempat menikmati makan tiga kali sehari. Namun kemudian, sapi-sapi mereka yang kurus tak lagi menghasilkan susu, sedangkan kebun kacang dan sorgum juga sudah kering kerontang.

Baca Juga: Dijuluki "Negeri Bajak Laut", Inilah 5 Fakta Tentang Negara Somalia!

"Saya tak pernah melihat kekeringan seperti ini sebelumnya," kata ibu Bashir yang berusia 30 tahun. Dia dan sembilan anaknya kini tidur beralaskan dua lembar karpet di Dollow.

Saat hari baik, ayah Bashir menghasilkan 2 dolar (kurang dari Rp30.000) dari menjual arang di kota terdekat. Namun sejak 2 Mei, dia baru mengirimkan 10 dolar karena kurangnya pekerjaan.

Menurut sang ibu, keluarganya belum pernah menerima bantuan makanan.

Putus asa semakin menjadi hal biasa di Somalia dan sekitarnya, ketika kenaikan suhu memicu lebih banyak bencana alam, kata para ilmuwan.

Dalam 50 tahun terakhir, kejadian cuaca ekstrem telah meningkat lima kali lipat di seluruh dunia, menurut Organisasi Meteorologi Dunia PBB (WMO).

Wilayah Tanduk Afrika, termasuk Somalia, mencatat rekor terkering dalam sejarah.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI