Sebuah Foto yang Menggemparkan Amerika dan Menjadi Lambang Hak Aborsi

SiswantoABC Suara.Com
Senin, 27 Juni 2022 | 15:48 WIB
Sebuah Foto yang Menggemparkan Amerika dan Menjadi Lambang Hak Aborsi
Ilustrasi aborsi. (Shutterstock)

Namun Gerri kemudian kembali ke rumah masa kecilnya, membawa kedua putrinya bersamanya.

Kenangan Toni Elka tentang bibinya berbeda dengan yang dunia ketahui. Kebanyakan hanya mengetahui nama dan wajah Gerri di plakat para pendukung aborsi.

A photo of Gerri Santoro propped up before a protest banner reading "Won't Go Back!" Image: Pendukung akses aborsi mengatakan pembatalan putusan Roe v Wade akan menyebabkan lebih banyak orang Amerika hamil yang mencoba mencari cara illegal yang berbahaya. Supplied: Mridula Amin 

"Dulu dia hanyalah seorang perempuan muda. Orangnya benar-benar menyenangkan," kata Toni dari rumahnya di Boston.

"Dia suka datang ke rumah, menjemput kami semua untuk berenang, pergi ke pantai dan jalan-jalan. Sangat menyenangkan."

Gerri lalu mulai menjalin hubungan terlarang, dan hamil, dengan seorang pria bernama Clyde Dixon.

Tragedi di kamar motel

Dalam film dokumenter tahun 1995 berjudul "Leona's Sister Gerri", teman-teman Gerri bercerita tentang usaha perempuan tersebut untuk mengakhiri kehamilan karena takut sang suami mengetahuinya.

Seorang mantan detektif mengatakan pacar Gerri, Clyde sempat meminta arahan dan meminjam alat dari seorang teman yang istrinya adalah seorang dokter sehingga bisa melakukan aborsi sendiri.

Ketika prosedur tidak berjalan sesuai rencana, dia melarikan diri sebelum beralih profesi menjadi polisi.

Gerri mencoba menelepon rumah saudara perempuannya, Leona (Gordon), sebelum meninggal dunia, tetapi Leona sedang tidak di rumah.

Baca Juga: Kasus Mahasiswi Aborsi Kandungan Berusia 5 Bulan di Kamar Kos, Polisi Ungkap Kondisi Janin

Seorang pembersih motel menemukan mayat Gerri keesokan harinya.

"Saat itu saya tidak tahu bagaimana dia meninggal," kata Elka, yang saat itu berusia 12 tahun.

"Saya baru tahu bahwa dia menelepon ibu saya. Lalu dia meninggal.

"Dan ibu saya saat itu tidak ada di sana. Ibu saya sangat menderita."

Elka menggambarkan keluarganya adalah warga kelas buruh, dengan pendapatan yang sangat rendah.

Dia mengatakan ibunya berusaha untuk memroses kesedihannya, di samping harus bekerja di pabrik dan membesarkan lima anak.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI