"Ibu saya sangat, sangat mencintai adiknya. Dan dia mengutarakannya dengan benar," kata Elka.
"Dia berkata, 'Inilah yang terjadi ketika perempuan kehilangan hak untuk memilih'."
Hak-hak lain yang terancam hilang
Hakim Pengadilan Tinggi Clarence Thomas menulis bahwa pengadilan "harus mempertimbangkan kembali" putusan masa lalu lainnya yang memberi orang Amerika hak-hak tertentu.
Dia merujuk kasus-kasus kunci yang menjamin akses ke kontrasepsi, dan melegalkan hubungan sesama jenis dan pernikahan sesama jenis.
"Dalam kasus-kasus mendatang, kita harus mempertimbangkan kembali semua preseden proses hukum substantif pengadilan ini, termasuk Griswold, Lawrence, dan Obergefell," tulisnya.
Dengan melakukan itu, dia menegaskan ketakutan jutaan orang Amerika bahwa beberapa konservatif tidak akan puas hanya dengan membatalkan hak aborsi.
Mereka dapat menargetkan hak-hak lain yang telah diperoleh dengan susah payah.
Dengan berakhirnya Roe v Wade, kira-kira setengah dari negara bagian AS melarang atau mempersempit akses aborsi.
Besarnya implikasi kesehatan dan ekonomi dari keputusan Mahkamah Agung tidak dapat diremehkan.
Baca Juga: Kasus Mahasiswi Aborsi Kandungan Berusia 5 Bulan di Kamar Kos, Polisi Ungkap Kondisi Janin
Namun, keputusan itu—dan pendapat Hakim Thomas pada khususnya—telah mengguncang banyak pengamat hukum, termasuk Alexis Karteron, seorang profesor hukum dan direktur Klinik Hak Konstitusional di Universitas Rutgers.