"Padahal ada kasus sebelumnya di Makassar, itu seorang sersan polisi menembak juga sersan angkatan darat, ini antar angkatan. Itu tidak sampai ke atas, diselesaikan di bawah dengan baik. Tetapi kalau ini kenapa kok naik ke atas?" lanjut Soleman.
Hal inilah yang memicu pertanyaan besar di benak Soleman dan mungkin oleh publik pada umumnya. Karena itu pula Soleman sempat menyebut sudah waktunya penyelidikan suatu kasus tidak hanya dilakukan lewat satu pintu atau dari pihak kepolisian saja.
"Kalau TGPF ini sudah bisa jadi cikal bakal yang namanya detektif swasta, sebagai penyeimbang. Sebaiknya yang mulai dari penyelidikan tidak hanya satu pintu," ungkap Soleman.
Potongan wawancara tersebut juga diunggah oleh akun Instagram @majeliskopi08 dan menuai beragam respons warganet. Bukan cuma sepakat dengan apa yang disampaikan Soleman, warganet juga membandingkan kasus ini dengan penembakan sejumlah laskar FPI di KM50 hingga penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.
"Semoga tenang disana, CCTV," sindir warganet.
"Polisi? Jadi ingat penyiraman novel baswedan nih," kata warganet.
"Ngeri sesama aja sadis begitu apalagi kita bukan siapa-siapa, pantasan 6 nyawa melayang pun biasa-biasa aja mereka," ujar warganet, merujuk pada kasus penembakan laskar FPI.
"Kan lagi main drama... kayak yang gak tau aja.. Oom..., negeri +62 selalu gitu drama/sinetron terus.., yang km 50 yang selalu jadi masalah cctv ngdadak mati..," imbuh warganet lain.
"Hanya 2 polisi kepercayaanku '1.POLISI TIDUR Dan yang ke 2 PATUNG POLISI'," timpal yang lainnya.
Baca Juga: Beredar Sejumlah Nama Jenderal yang Cocok Jadi Kadiv Propam Polri
Untuk video selengkapnya dapat disaksikan di sini.