Tak ada syiar
ELISHEVA menerangkan, dalam ajaran Yudaisme, semua manusia pada akhirnya akan masuk surga. Tanpa menganut Judaisme pun, semua manusia bakal masuk surga.
Sama seperti agama tradisi Abrahamik yang lebih muda—Kristen dan Islam—Yudaisme meyakini Tuhan maha esa. Tuhan tidak melihat apa agamanya, namun hati dan akhlaknya.
Karenanya, dalam Yudaisme tak ada syiar atau misi untuk mengajak pemeluk kepercayaan lain berpindah keyakinan.
Bahkan, rabi atau pemuka agama mereka, melarang orang yang bukan keturunan Yahudi untuk berpindah agama menganut Yudaisme.
“Jadi, ya salah kalau ada yang bilang mengkhawatirkan Yudaisme bakal berkembang di Indonesia. Yudaisme adalah agama eksklusif bagi keturunan Yahudi,” tegas Eli.
![Basecamp Yahudi Ortodoks di Jakarta. [Suara.com/Erick Tanjung]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/04/09/89667-kaum-yahudi-di-jakarta-4.jpg)
Penganut Yudaisme memercayai Tuhan maha adil bagi semua umat manusia. Itu sebabnya rabi mereka kerap menolak orang yang bukan keturunan Yahudi untuk memeluk Yudaisme.
“Tapi ada orang yang ngotot sekali untuk memeluk agama Yahudi. Dulu pernah ada orang China di Singapura ingin convert. Tapi butuh waktu 10 tahun untuk meyakinkan rabi-nya agar dia bisa ikut agama Yahudi,” kata dia.
Bagi orang Yahudi sendiri, terdapat budaya malu atas “ke-Yahudi-annya” kalau sikap mereka bertentangan dengan 10 perintah Tuhan.
Baca Juga: Jalan Sunyi Agama Baha'i
“Misalnya, bagi kami sendiri, buat apa menjadi Yahudi dan menganut Yudaisme kalau hatinya busuk, mencuri uang rakyat,” tuturnya.