"Lebih mudah melatih seseorang yang sudah punya rumah di sini, sudah punya keluarga di sini, yang mengerti budaya dan bisa bahasa Inggris, dibandingkan migran yang datang untuk bekerja membuat kopi namun tidak bisa bahasa Inggris."
Fairfield yang terletak sekitar 30 km dari kota Sydney adalah salah satu kawasan yang memiliki banyak keberagaman budaya di Australia. Sebanyak 61 persen warganya lahir di luar negeri menurut sensus terbaru.
Frank mengatakan kebanyakan migran baru biasanya hanya berakhir di kawasan pedalaman.
"Mengizinkan lebih banyak migran baru mungkin bagus bagi pemerintah federal, namun tidak bagus bagi komunitas yang sudah ada yang harus menanggung beban, seperti sewa yang lebih tinggi, kemacetan yang lebih parah, dan juga biaya hidup yang lebih tinggi," katanya.
Pusat Sumber Daya Migran Western Sydney yang terletak di kawasan Liverpool, tidak jauh dari Fairfield terlibat dalam usaha membantu migran yang baru datang.
Manajer pemasarannya, Rachel Haywood, mengatakan para migran baru ini menghadapi berbagai kendala ketika memasuki dunia kerja termasuk bahasa, literasi digital, transportasi dan tempat penitipan anak yang terjangkau biayanya.
"Banyak majikan ingin mendapatkan seseorang yang bahasa Inggrisnya bagus dan memiliki pengalaman kerja lokal," katanya.
"Tapi kasusnya tidak seperti itu bagi kebanyakan klien kami, jadi kami mencarikan tempat di mana mereka bisa mendapat pengalaman bekerja, seperti di Coles, Woolies, IKEA, yang pekerjaannya sangat fisik."
Dia mengatakan pengakuan terhadap kualifikasi dari luar negeri yang dimiliki para migran akan bisa membuat mereka masuk ke dunia kerja di Australia lebih mudah.
Baca Juga: Kemnaker Kembangkan Kolaborasi untuk Kurangi Pengangguran dan Serap Angkatan Kerja
"Ada banyak industri yang tidak mengakui kualifikasi dari luar negeri dan salah satu yang paling sering disebut adalah di bidang teknik," katanya.