Suara.com - Dani Al Kateb masih muda, kuat dan ingin bekerja. Namun sejak tiba dari Irak di tahun 2020, ia belum pernah mendapat pekerjaan yang pasti di Australia.
Ia tinggal di Warwick Farm, Sydney Barat Daya dengan tingkat pengangguran 7,3 persen, dua kali lipat dari tingkat pengangguran nasional, yakni 3,5 persen menurut data Biro Statistik Australia bulan Juni 2022.
Dani yang berusia 23 tahun pernah bekerja sebagai pembersih ruang bedah di Irak.
Ia mengatakan jika seandainya ada tambahan kursus bahasa Inggris di Australia, maka akan membantunya untuk melamar dan mendapatkan pekerjaan.
"Saya harus mendapatkan pekerjaan untuk membantu keluarga saya, adik dan kakak. Bila saya saya memiliki pekerjaan, saya bisa membantu membayar sewa dan belanja kebutuhan pokok," katanya.
Data terbaru dari ABS menunjukkan sedikitnya warga di Australia yang sedang mencari pekerjaan membuat ada banyak lowongan pekerjaan saat ini.
Pemerintah di Canberra sedang mengkaji berapa jumlah tenaga kerja terampil dari luar negeri yang dibutuhkan Australia setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja.
Masalah ini akan didiskusikan dalam Pertemuan Tingkat Tinggi soal Pekerjaan dan Keterampilan di Canberra bulan September.
Namun laporan yang mengatakan jumlah migran baru yang dibutuhkan bisa meningkat sebanyak 25 persen, yakni dari 160 ribu menjadi 200 ribu orang setiap tahun, sudah mendapatkan banyak kritikan.
Walikota Fairfield, Frank Carbone mengatakan Pemerintah Federal saat ini harus memfokuskan diri pada peningkatan keterampilan tenaga kerja yang sudah ada di dalam negeri saat ini.
Baca Juga: Kemnaker Kembangkan Kolaborasi untuk Kurangi Pengangguran dan Serap Angkatan Kerja
"Lowongan kerja paling banyak adalah di bidang hospitality [kerja di restoran, pub, bar] dan bisa dilakukan dengan pelatihan dalam beberapa pekan saja," katanya.