Meski banyak perbatasan internasional sudah dibuka kembali untuk pelaku perjalanan yang sudah divaksinasi, industri pariwisata di Kamboja, seperti sebagian besar di kawasan lainnya di Asia Tenggara, masih menderita.
Data yang dirilis United Nations World Tourism Organization (UNWTO) pada awal Agustus lalu menunjukkan pariwisata internasional di kawasan Asia Pasifik mengalami pemulihan paling lambat di mana pun di dunia.
Sementara kedatangan internasional di Eropa turun 30 persen, di kawasan Asia Pasifik mereka turun 90 persen.
Pemulihan yang lambat di kawasan ini sebagian besar disebabkan oleh ketergantungannya terhadap turis asal China, yang masih sulit keluar negeri karena kebijakan COVID-19 yang diterapkan di negara tersebut.
Tingkat pariwisata yang terlihat sebelum pandemi secara international diperkirakan akan tercapai lagi pada tahun 2025 atau 2026, kata Fergus dari Komite Pariwisata Budaya Internasional.
Menurutnya peningkatan ini menimbulkan pertanyaan selanjutnya apakah infrastruktur yang dibangun tujuannya untuk mengakomodir jumlah orang sebanyak itu?
Ia juga mengatakan yang juga harus ditingkatkan adalah kesadaran bahwa berada di tempat-tempat wisata merupakan sebuah 'privilage' atau keistimewaan yang dimiliki seseorang, tapi bukan menjadi hak seseorang.
Artikel ini dirangkum dan diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporan ABC News
Baca Juga: Teras Malioboro 1: Wajah Baru Malioboro yang Jadi Icon Wisata Jogja