"Kebijakan Pemerintah di sini [Indonesia] adalah tidak membicarakan penyakit tersebut dan berharap beritanya akan hilang dari pembicaraan."
"Penyakit ini sangat menular sehingga pasti akan tetap ada dan akan tetap di sini dalam waktu yang lama."
Pemerintah Bali juga tampaknya berada di bawah tekanan untuk menghilangkan penyakit tersebut, sebelum Bali menjamu para pemimpin dunia yang akan hadir dalam KTT G-20 pada pertengahan November.
'Kasusnya nol, betul-betul kasusnya nol'
Dalam perjalanan yang baru-barui ini dilakukan, ABC merekam sejumlah sapi yang berada di kawasan sebelah timur dan barat daya pulau, yang menunjukkan gejala yang konsisten dengan kasus PMK.
Namun para pemilik ternak tidak bisa mengonfirmasi apakah hewan ternaknya terkena PMK, juga tidak bisa melakukan pengobatan karena kesulitan biaya.
Di Jembrana, dari mulut hewan ternak milik Ketut Denio sudah keluar cairan seperti busa.
Cairan seperti itu biasanya merupakan pertanda bahwa ternak sudah terkena PMK.
Tetapi bagi peternak seperti Ketut Denio, membunuh ternaknya atau pun membawanya agar diperiksa oleh dokter hewan terlalu mahal.
"Dokter hewan hanya periksa sekali saja dan kemudian akan memberikan suntikan karena kami harus bayar sendiri," katanya kepada ABC.
Baca Juga: 11 Ekor Sapi di Sumbar Positif Mengidap Penyakit Mulut dan Kaki, Pasar Ternak Ditutup 14 Hari
Tidak jauh dari situ, sejumlah kecil ternak sapi juga menunjukkan tanda-tanda terkena PMK: mulut berbusa, kurang nafsu makan dan kaki yang bengkak.