Sudah Mengalami Kelumpuhan, Pekerja Ini Terancam Dideportasi dari Australia

SiswantoABC Suara.Com
Rabu, 05 Oktober 2022 | 21:12 WIB
Sudah Mengalami Kelumpuhan, Pekerja Ini Terancam Dideportasi dari Australia
Ilustrasi antrean warga Australia [(ANTARA/AAP Image/Mick Tsikas via Reuters/hp]

Suara.com - Eric Vavaki, asal Kepulauan Solomon, bekerja di sebuah kapal penangkap ikan di perairan Queensland sehingga tak pernah menyewa tempat tinggal di darat.

Bekerja selama empat tahun di kapal nelayan tersebut, kadang hanya satu-satunya yang bekerja selain kapten kapal, mimpinya adalah menjadi warga tetap di Australia.

Namun nasibnya berubah drastis bulan Februari lalu, ketika sebagai mobil yang ditumpanginya mengalami kecelakaan berat di Toogoolawah di Queensland Tenggara.

Akibat kecelakaan itu bagian bawah tubuhnya lumpuh.

Ia harus menjalani rehabilitasi selama tujuh bulan di Rumah Sakit Princess Alexandra di Brisbane.

Eric berhak mendapatkan kompensasi, berdasarkan aturan di Australia bernama NIISQ, yang dimaksudkan membantu korban kecelakaan berat lalu lintas. Tapi skema itu tidak membantu membayar tempat tinggalnya sampai dia sembuh lagi.

Karena tidak bisa bekerja dan tidak memiliki tempat untuk tinggal, Eric menghadapi kemungkinan dideportasi setelah keluar rumah sakit, Kamis besok (6/10).

Menghadapi kemungkinan tidak adanya rumah yang ramah difabel dan akses terbatas bagi rehabilitasi di Kepulauan Solomon, Eric memohon kepada pihak berwenang agar diperbolehkan tinggal di Australia.

Kecelakaan yang mengubah nasib

Eric mengatakan salah satu hal yang paling berat dalam menyesuaikan diri hidup dengan kursi roda adalah meminta tolong orang lain untuk mendorong kursi rodanya saat ada jalan menanjak.

Baca Juga: Pengorbanan Keluarga Jadi Salah Satu Faktor Migran Asia Sukses di Australia

"Saya jadi merasa sedih sepertinya semua dalam kehidupan saya berubah," katanya.

"Saya hanya berusaha berpikir positif setiap hari dan melakukan apa yang bisa saya lakukan."

Dia mengatakan saat terbangun sadar dari kecelakaan, pikiran pertamanya adalah bagaimana cedera yang dialaminya akan memengaruhi masa depannya untuk tinggal di Australia.

"Pikiran pertama saya 'apa yang akan saya lakukan berikutnya?'" katanya.

"Apakah saya akan bisa melanjutkan bekerja? Bagaimana hidup saya selanjutnya?"

Eric mengatakan meski ia memiliki keluarga dan teman-teman di Brisbane, dia tidak bisa tinggal bersama mereka karena tempat tersebut tidak ramah untuk difabel seperti dirinya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI