Suara.com - Indonesia mengawali bulan Oktober 2022 dengan duka akibat tragedi Kanjuruhan. Ratusan nyawa suporter Arema FC melayang dalam kerusuhan yang terjadi pasca laga melawan Persebaya Surabaya tersebut.
Salah satu titik terburuk berada di sekitar Tribun 13. Bahkan situasi mencekam di Pintu 13 bukan lagi hanya dibuktikan lewat video amatir serta kesaksian suporter, tetapi juga oleh anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF).
Hal ini seperti yang disampaikan Nugroho Setiawan dalam video unggahan kanal YouTube KOMPASTV.
"Tadi saya sempat melihat rekaman CCTV kejadian, khususnya di pintu 13. Mengerikan sekali," ungkap Nugroho, seperti dikutip Suara.com, Senin (10/10/2022).
Nugroho menyebut Pintu 13 sejatinya dalam keadaan terbuka. "Tapi sangat kecil. Yang itu seharusnya pintu untuk masuk, tapi terpaksa menjadi pintu keluar," katanya menggambarkan kondisi di lokasi.
Pintu yang sempit itu pun tak mampu mengatasi desakan para suporter yang ingin segera keluar karena Stadion Kanjuruhan sudah berselimut gas air mata yang ditembakkan polisi.
"Situasinya adalah orang itu berebut keluar sementara sebagian sudah jatuh, pingsan, terhimpit, terinjak, karena efek dari gas air mata," ujar Nugroho.
"Jadi miris sekali, saya melihat detik-detik beberapa penonton yang tertumpuk dan meregang nyawa. Terekam sekali di CCTV," sambungnya sembari menarik napas panjang, tak kuasa kembali membayangkan seberapa mengerikannya situasi di Pintu 13.
Kesimpulan Sementara TGIPF
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Mata Raffi Atha Dziaulhamdi Alami Iritasi Akibat Gas Air Mata
![Presiden Joko Widodo atau Jokowi meninjau kondisi Stadion Kanjuruhan pasca terjadinya kerusuhan pada Sabtu (1/10) malam, Rabu (5/10/2022). [Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden]. [Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/10/05/89887-presiden-jokowi-di-stadion-kanjuruhan-jokowi-di-malang-jokowi-di-kanjuruhan.jpg)
Dari hasil pemeriksaan CCTV itu, Nugroho memang sempat menyebutkan soal penggunaan gas air mata. Namun, tidak bisa dipungkiri, Stadion Kanjuruhan sendiri sebenarnya tidak siap untuk dijadikan tempat penyelenggaraan pertandingan sepak bola berisiko tinggi.
"Stadion ini tidak layak untuk menggelar pertandingan high risk match," tutur Nugroho. "Artinya, untuk high risk match kita harus membuat kalkulasi yang sangat konkret, misalnya adalah bagaimana cara mengeluarkan penonton pada saat keadaan darurat."
Sementara di Stadion Kanjuruhan, pintu masuk juga digunakan sebagai pintu keluar, itu pun tidak memadai. "Kemudian tidak ada pintu darurat," imbuh Nugroho.
Selain pintu, anak tangga juga turut disoroti oleh Nugroho. Idealnya masing-masing anak tangga memiliki ketinggian 18 cm dengan lebar tapak 30 cm.
![Presiden Joko Widodo atau Jokowi meninjau kondisi Stadion Kanjuruhan pasca terjadinya kerusuhan pada Sabtu (1/10) malam. Rabu (5/10/2022). [Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/10/05/42042-presiden-jokowi-di-stadion-kanjuruhan-jokowi-di-malang-jokowi-di-kanjuruhan.jpg)
Namun Stadion Kanjuruhan ternyata memiliki anak tangga dengan tinggi dan lebar tapak yang kurang lebih sama. Alhasil orang yang lewat lebih berpotensi untuk jatuh karena anak tangga kelewat tinggi atau curam.
"Kemudian lebar dari anak tangga ini juga tidak terlalu ideal untuk kondisi crowd, karena harus ada railing untuk pegangan," jelas Nugroho.
"Nah railing-nya juga sangat tidak terawat. Dengan stampede, desakan yang luar biasa, akhirnya railing-nya patah dan itu yang termasuk melukai korban," lanjutnya.
Akumulasi masalah infrastruktur yang tidak memadai, ditambah dengan tembakan gas air mata secara bertubi-tubi dari dalam stadion membuat semakin banyak suporter yang berdesak-desakan di Pintu 13.