Suara.com - Gagal ginjal akut kini menjadi isu kesehatan yang mengancam Indonesia. Ratusan anak terutama balita seantero Indonesia dilaporkan mengidap penyakit tersebut dan tak sedikit dari mereka meninggal dunia akibat gagal ginjal.
Biang kerok utama dari merebaknya kasus gagal ginjal diyakini karena beredarnya obat batuk sirup yang terkontaminasi ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE).
Ternyata, Indonesia bukan negara satu-satunya yang pernah terancam merebaknya kasus gagal ginjal. Berikut deretan negara yang tercatat pernah berjuang menghadapi gagal ginjal akut.
1. Tiongkok
Masyarakat di Republik Rakyat Tiongkok sempat dihebohkan dengan meninggalnya 18 pasien akibat gagal ginjal pada 2006 silam. Seluruh pasien tersebut merupakan pasien rumah sakit di Guangzhou, Provinsi Guangdong.
Setelah ditelusuri, mereka mengidap gagal ginjal usai diberikan obat kandung kemih Amillarisin A. Obat tersebut juga mengandung kontaminan DEG.
2. Haiti
Negara kepulauan Haiti juga sempat menghadapi puluhan korban jiwa yang meninggal dunia usai dilaporkan mengalami gagal ginjal akut dalam selang waktu November 1995 hingga Juni 1996.
Sebanyak 86 anak-anak meninggal dunia akibat terserang gagal ginjal akut hingga membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) turun tangan.
Baca Juga: Kasus Gagal Ginjal Akut Meningkat, Total Mencapai 241, Sumbar Segini
Berdasarkan pengujian, mayoritas dari anak-anak tersebut atau 79 persen mengonsumsi obat sirop lokal yang juga ditemukan kontaminan DEG.
3. India
Tak jauh berbeda dengan Tiongkok dan Haiti, India juga pernah mengalami maraknya kasus beredarnya obat terkontaminasi DEG pada 1972.
Obat sirop tersebut akhirnya sampai ke beberapa keluarga hingga menewaskan 12 anak di Chennai. Kejadian tersebut juga terulang pada tahun 1986, 1998, dan tahun 2019.
Kasus gagal ginjal yang berulang kali terjadi mendorong para aktivis menuntut Kementerian Kesehatan untuk melakukan pembenahan terkait produksi farmasi. Sayangnya, petisi tersebut belum membuahkan hasil yang nyata lantaran terkendala dengan birokrasi yang rumit dan lamban.
Kini, India juga dikabarkan kembali berjuang menghadapi kasus gagal ginjal akut yang terjadi sejak 1972 itu.