Beda Dari Iptu Umbaran, Simak Kisah Intel Wanita AS Masuk Islam Dan Dituduh Membelot Ke Iran

Bangun Santoso Suara.Com
Minggu, 18 Desember 2022 | 09:13 WIB
Beda Dari Iptu Umbaran, Simak Kisah Intel Wanita AS Masuk Islam Dan Dituduh Membelot Ke Iran
Monica Elfriede Witt mantan intelijen AS membelot ke Iran. (dok. FBI)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Cerita senyap Iptu Umbaran selama 14 tahun menyamar sebagai wartawan tengah menyedot perhatian publik. Betapa tidak, selama itu identitas aslinya yang merupakan seorang polisi tak ada yang mencium, bahkan orang-orang di dekatnya tak ada yang tahu.

Hingga kemudian tiba-tiba ia diangkat menjadi Kapolsek di Blora. Sontak bagi sesama rekan jurnalis yang mengenalnya kaget, bisa-bisanya pria bernama Umbaran Wibowo itu jadi Kapolsek.

Sosok Iptu Umbaran yang identitasnya sebagai intel terkuak setelah belasan tahun menyamar adalah secuil cerita dari banyak kisah para agen intelijen.

Selain Iptu Umbaran, ada satu cerita dari sosok perempuan anggota intelijen AS yang sepak terjangnya justru bikin gaduh negaranya. Sang intel tersebut bahkan sampai dituding membelot ke Iran hingga jadi buruan bekas rekannya sendiri. Begini ceritanya:

Nama aslinya adalah Monica Elfriede Witt, oleh FBI ia disebut memiliki dua nama alias yakni Fatemah Zahra atau Narges Witt. Perempuan yang lahir pada 8 April 1979 itu jadi salah satu sosok paling dicari oleh FBI.

Witt sejatinya adalah orang asli Amerika Serikat, ia lahir di El Paso, Texas. Mulanya ia adalah seorang agen kontra intelijen Angkatan Udara AS. Ia disebut belajar dan mahir bahasa Farsi.

Dia melayani Angkatan Udara AS sebagai ahli kriptologi dan penyidik kontra intelijen selama lebih dari 10 tahun. Kemudian, Witt menjadi analis intelijen untuk Booz Allen Hamilton (kontraktor pertahanan) pada 2008.

Dengan kecakapan yang ia miliki, ia kemudian dikirim ke sejumlah negara Timur Tengah untuk melakukan misi rahasia, seperti di Irak, Arab Saudi hingga Qatar. Witt bahkan memiliki julukan khusus di kalangan pemerintahan dan para pejabat intelijen AS, ia dijuluki "Wayward Storm" atau badai pembangkang.

Pada 2019 lalu ia dituduh membangkang dan berkhianat. Tuduhan itu didasarkan pada 2013, bahwa saat itu Witt mengatakan kecewa dengan pemerintah AS, meski alasannya itu masih tetap jadi misteri sampai saat ini. Hingga kemudian ia meninggalkan militer di Angkatan Udara.

Baca Juga: Soal Polemik Intel Nyamar Jadi Wartawan, Polri Jamin Kebebasan Pers Tak Terganggu

Tuduhan itu diumumkan bersamaan dengan Depertemen Kehakiman AS yang menyebut Witt telah membelot ke Iran pada Agustus 2013 untuk bekerja dengan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran.

Witt didakwa dengan dua tuduhan spionase dan kejahatan lainnya. Jaksa menuding Witt membantu pemerintah Iran dalam upaya penangkapan yang menargetkan mantan rekannya. Penyelidik juga mengatakan dia memberi informasi rahasia kepada Iran tentang operasi intelijen Amerika. Hingga 2019 lalu, dia diyakini masih berada di Iran.

Menurut jaksa penuntut, kasus Witt adalah salah satu di antara beberapa kasus yang terjadi di AS, di mana negara asing, khususnya China telah berusaha merekrut mantan pejabat militer atau agen intelijen AS.

"Kasus yang diungkap hari ini menyoroti bahaya bagi profesional intelijen kami dan sejauh mana musuh kita akan mengidentifikasi mereka, mengekspos mereka, menargetkan mereka, dan, dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, pada akhirnya mengubah mereka melawan negara sendiri yang mereka telah bersumpah untuk melindunginya," kata kepala divisi keamanan nasional Departemen Kehakiman, John C. Demers dalam pernyataannya pada Februari 2019 lalu sebagaimana dilansir dari The New York Times.

Surat perintah penangkapan Witt dikeluarkan pada 13 Februari 2019, departemen kehakiman mengungkapkan bahwa ia juga mengambil perinciannya tentang agen-agen kontra-intelijen AS ketika pindah ke Iran pada 2013.

Mereka juga mengklaim bahwa Witt telah memberikan data kepada peretas Iran. Dalam dakwaan, empat peretas juga didakwa bersama Witt. Mereka adalah Behzad Mesri, Mojtaba Masoumpour, Mohamad Paryar, dan Hossein Parvar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI