Menurut informasi dari warga sekitar, konflik antara kedua keluarga itu juga dipicu ketika keluarga Haryono memasang atap di mulut gang, untuk berjualan soto babat.
Akibat tindakannya itu, Riyanto dan sejumlah lainnya kesal, karena pembeli soto tersebut kerap duduk di mulut gang sehingga membuat warga yang melintas tak nyaman.
Sengkarut status tanah
Menanggapi kasus tersebut, Kepala Desa Beji, Khoirudin sampai turun hingga ke lokasi. Menurut dia, konflik tersebut dilatari masalah status tanah.
Haryono mengaku kalau tanah yang dijadikan jalan menuju rumahnya adalah milik ia dan keluarganya. Ia beralasan, tanah itu pernah dibeli olehnya namun tak pernah ada bukti akta jual beli.
Sementara Riyanto bisa menunjukkan bukti sertifikat hak milik yang menunjukkan kalau tanah yang ada di samping rumahnya itu adalah miliknya.
"Karena jalan itu dianggap bagian dari miliknya, Pak Riyanto lalu memasang tembok," tutur Khoirudin.
Konflik sudah berlangsung lama
Khoirudin menambahkan, konflik soal tanah antara keluarga Riyanto dan Haryonoi sudah terjadi cukup lama. Bahkan ia mengaku telah lima kali memediasi keluarga Riyanto dan Haryono mengenai tanah tersebut, namun belum membuahkan hasil.
Baca Juga: Gubernur Sumbar Sebut Optimalisasi Fungsi Baznas Bisa Tekan Angka Kemiskinan
“Pemasangan tembok di jalan ini puncak dari konflik kedua pihak,” tambah Khoirudin.