Bung Abe turut mengkritisi sistem pendidikan formal di Indonesia dalam mendukung tumbuh kembang anak. Perlu juga adanya turut serta masyarakat dalam memacu bakat-bakat anak berkembang.
"Bikin sistem pendidikan yang membahagiakan bagi anak, sekolah juga harus diberi ruang yang memadai untuk anak tumbuh," ujarnya.
"Ndak usah dijejali seluruh kurikulum yang seperti itu. Kira-kira mengembangkan talenta dan passion mereka sejak kecil apa, itu yang harus di-support sejak kecil, difasilitasi," imbuh dia.
Pentingnya Kontrol Emosi
Sementara itu, psikolog dari Universitas Gadjah Mada Novi Puspita Candra menilai faktor yang paling berperan dalam kasus anak berkonflik dengan hukum ialah keterampilan mengatur emosi.
"Rendahnya keterampilan ini menyebabkan dia tidak punya kesadaran diri untuk mengelola dan meregulasi pikiran, perasaan dan perilaku," katanya.
Novi mengatakan sekolah sangat minim mengajar hal-hal tersebut. Alhasil, anak semakin kurang menyadari melakukan perbuatan tertentu yang justru merugikan dirinya sendiri.
Dia menilai masifnya kasus anak berkonflik dengan hukum belakangan semestinya ikut mengubah cara pandang masyarakat umum. Khususnya dunia pendidikan dan keluarga.
Di mana, Novi merasa perlu adanya pendekatan secara emosi dan sosial yang bertujuan agar anak mampu menemukan kesadaran diri sehingga tidak mudah dipermainkan oleh lingkungan dan perasaannya sendiri.
Tim liputan: Rakha Arlyanto D