Selain itu, bulan Muharram juga merupakan awal mula Nabi Muhammad SAW memerintahkan umatnya hijrah ke Madinah secara diam-diam kecuali Umar bin Khattab RA yang secara terang-terangan mengumumkan kepada bani Quraisy di atas bukit Shafa melalui jalur utama.
Pada akhir bulan Safar Nabi hijrah bersama dengan Abu Bakar Shiddiq RA, lalu disusul oleh Ali bin Thalib RA setelah berpura-pura tidur di atas tempat tidur nabi hingga akhirnya rombongan sampai ke Madinah pada bulan Rabi'ul Awal.
Namun, dikatakan pula bulan Muharram sebagai lambang kesedihan, karena di bulan itu terjadi gencatan senjata pada tanggal 10 Muharram 61 H.
Ada sejumlah 4.000 pasukan Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqash yang menyerbu rombongan Al-Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib yang berkekuatan 72 orang, 32 prajurit berkuda, dan 40 orang pejalan kaki, selengkapnya terdiri dari anak-anak dan perempuan.
Tragedi di Karbala itu menghitamkan sejarah Islam, karena cucu Nabi, keluarga, dan syuhada lainnya mati terbunuh. Pembunuhan kejam itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang berhati dzalim, dan Allah SWT menegaskan bahwa orang dzalim dikecam dan diancam.
Dari sinilah, masyarakat Jawa dan Madura sangat berduka di bulan Muharram, sehingga perempuan tidak akan diperkenankan bersolek dan memperkuat ibadah dengan beragam amal kebaikan, seperti puasa, bermuhasabah, shadaqah, menyantuni anak yatim, hingga muncullah bubur Asyura di kalangan Nahdliyin.
Beberapa peristiwa penting di atas bisa diambil pelajaran, supaya umat Islam dapat menghidupkan Asyura dengan berpuasa, bersedekah, berbuat amal shaleh pada 10 Muharram, karena sangat besar pahalanya.
Seperti itulah beberapa
Kontributor : Rishna Maulina Pratama
Baca Juga: Niat Puasa Asyura di Malam Hari dan Saat Terbit Fajar