Di bawah kekuasaannya, Jepara berkembang pesat dan memiliki pelabuhan terbesar di Jawa juga dijaga dengan armada laut yang besar dan tangguh.
Pada tahun 1573, ayah Pangeran Hadiri, Sultan Ali Mukhayat Syah dari Aceh meminta Ratu Kalinyamat menyerang Portugis di Malaka. Tak tanggung-tanggung, armada yang dikirim adalah 300 unit kapal, 80 unit kapal masing-masing berbobot 400 ton. Sekitar 40 armada kapal diisi empat sampai lima ribu prajurit.
Ratu Kalinyamat memimpin Jepara sekitar 30 tahun dan di masa pemerintahannya, Jepara berhasil mencapai masa kejayaan. Ia juga dikenal sebagai penguasa perempuan pertama di Kerajaan Demak ketika kerajaan ini berkonflik politik antara keturunan Raden Patah.
Pada abad ke-16, Jepara menjadi wilayah yang makmur karena menjadi pintu gerbang menuju pelabuhan dan kota perdagangan kerajaan Demak.
Sebagai penguasa, Ratu Kalinyamat bekerja sama dengan penguasa lain dan mengembangkan Jepara dalam bidang politik, ekonomi juga administrasi.
Karena kesuksesan inilah, Ratu Kalinyamat diakui bangsa Portugis. Bahkan mereka memiliki julukan khusus untuk Ratu Kalinyamat, yaitu:
- Rainha de Jepara senhora Poderosa e rice, artinya Ratu Jepara, perempuan yang kaya dengan kekuasaan besar
- De Kranige Dame, artinya wanita tangguh dan gagah berani yang tak kenal takut
Bertapa Tanpa Busana
Diceritakan, Ratu Kalinyamat pernah bertapa tanpa busana di Bukit Donorejo. Hal ini dilakukannya bukan untuk memperoleh kesaktian, namun ia sedang mencari keadilan atas kematian suami dan saudara laki-lakinya.
Suami Ratu Kalinyamat, Sultan Hadlirin dan Sunan Prawata (adik Ratu Kalinyamat) dibunuh oleh Arya Penangsang. Alasan pembunuhan ini didasari motif dendam masa lalu yaitu pembunuhan Pangeran Seda Lepen (ayah Arya Penangsang).
Baca Juga: 30 Ucapan Selamat Hari Pahlawan 2023 Pakai Bahasa Gaul dan Kekinian
Menurut buku "Ratu Kalinyamat, Rainha de Jepara" tulisan Hadi Priyanto, disebutkan Ratna Kencana sangat sedih dan terpukul atas kematian orang-orang tercintanya ini.