Lama kelamaan, biasaan yang hanya dilakukan segelintir orang itu berubah menjadi tradisi dan dilakukan setiap hari, sehingga menjadi penghasilan sampingan warga sekitar yang sebagian besar adalah petani.
Menurut salah satu warga lokal bernama Suparto, momen mudik lebaran menjadi waktu panen bagi mereka. Dalam satu hari biasanya mereka bisa mengumpulkan Rp150 ribu dari recehan, sementara pada hari biasanya paling banyak hanya Rp50 tibu.
Tradisi tersebut tampaknya sulit untuk dilarang meski berbahaya karena pengemis yang terlalu sibuk menyapu uang recehan bisa tertabrak oleh kendaraan yang melintas.