Pesawat memang menjadi transportasi utama di wilayah tersebut mengingat wilayah itu yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan.
Meki mencontohkan, bila perjalanan darat dari satu kampung ke kampung lain bisa memakan waktu hingga enam jam. Berbeda bila menggunakan pesawat yang hanya beberapa menit saja.
"Jadi orang Papua itu lahir langsung lihat pesawat. Tidak pernah lihat kapal, tidak pernah lihat mobil, orang kaya. Jadi kita termasuk orang kaya karena kita langsung naik pesawat langsung terbang," kelakar Meki.
Pencapaian Meki menjadi seorang pilot lewat pendidikan di sekolah tidak membuatnya lupa tanah air. Meki membuktikan kecintaannya terhadap tanah Papua dibuktikan saat dia menolak bekerja sebagai pilot di Australia.
Meki beralasan, penolakan bekerja di Australia lantaran ia lebih ingin menjadi pilot dengan menerbangkan pesawat di rute perintis di tanah kelahiran. Meki ingin menjadi contoh bagi anak-anak asli Papua bahwa mereka bisa menggapai mimpi, semisal Meki menjadi seorang penerbang.
"Ditawarin terbang di Australia tapi saya tidak mau karena saya mau waktu terbang di Papua anak-anak Papua bisa melihat saya dan mereka bisa menjadi penerbang, bisa membangun kepercayaan mereka dan terjadi," kata Meki.
Tujuan Meki itu tercapai. Ia bercerita bahwa sekarang banyak orang asli Papua yang menjadi kapten di maskapai.
"Jadi sekarang anak-anak Papua banyak yang kapten di airlines dan juga di Papua," ujarnya.
Ternyata Tidak Mudah
Unggul dengan perolehan suara mencapai 71 persen atas petahana di Pilkada Paniai 2018 membuat Meki yang berpasangan dengan Oktopianus Gobai dilantik menjadi bupati dan wakil bupati. Tetapi seiring berjalannya waktu menjadi orang nomor satu di Paniai, Meki baru merasakan gejolak.
![Mantan Bupati Paniai, Meki Fritz Nawipa saat melakukan wawancara khusus di Kantor Suara.com di Jakarta, Jumat (12/7/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/07/12/71243-meki-fritz-nawipa-mantan-bupati-paniai-meki-fritz-nawipa.jpg)
Ia mengakui dunia penerbang dengan dunia politik jauh berbeda. Jika dunia aviasi penuh dengan perhitungan dan ilmu matematika yang pasti, dunia politik justru sebaliknya.
Menurutnya dunia politik begitu cair, hal ini yang membuat Meki belum terbiasa.
"Sebenarnya sih saya juga gimana ya, setelah dapat dari bupati agak sedikit menyesal kok gini ya dunianya," kata Meki.
Perasaan itu yang kemudian ia tuangkan kepada sang istri, Nurhaidah. Meki dilema atas keputusannya sendiri menjadi bupati.
"Saya sempat cerita sama istri saya kita mundur saja, kita hidupnya aman kok, ngapain kita ke sini kan gitu. Semua yang anda buat di mata orang yang tidak suka dengan anda itu pasti tidak baik, di dunia ini," kata Meki.