"Kehadiran para peziarah dari berbagai latar belakang menunjukkan bahwa kita benar-benar dapat hidup berdampingan meskipun berbeda budaya, bahasa, agama, dan ideologi," jelasnya.
Simbol Toleransi di Tengah Keragaman
Kerumunan besar ini mengejutkan orang-orang yang lewat di kota Istanbul, di mana beberapa gereja sering kali tidak lagi digunakan atau bahkan diubah menjadi masjid. Salah satu contohnya adalah Hagia Sophia, basilika Bizantium yang diubah menjadi masjid pada tahun 2020.
Meskipun umat Kristen dulunya merupakan kelompok minoritas yang signifikan di bawah Kekaisaran Ottoman, saat ini mereka hanya mewakili sekitar 0,2 persen dari 85 juta penduduk Turki. Sejarah yang panjang dan rumit, termasuk genosida dan migrasi, telah mengurangi jumlah umat Kristen di negara ini.
Namun, di tengah situasi ini, Gereja Our Lady of Vefa berdiri sebagai simbol toleransi dan keragaman.
Karen Barkey, profesor sosiologi dan agama di Bard College, New York, menekankan bahwa tradisi berbagi ruang ibadah ini telah berlangsung lama.
"Tradisi ini sudah ada sejak zaman kekaisaran, di mana kekaisaran menyatukan banyak masyarakat yang berbeda," katanya.
Di saat dunia sedang menghadapi berbagai tantangan, kebersamaan yang terlihat di gereja ini memberikan harapan.
Serkan Esen, seorang perancang busana berusia 50 tahun, merasakan hal yang sama.
Baca Juga: Pandangan Hukum Islam Membunuh Karena Membela Diri, Apakah Berdosa?
“Mengingat keadaan dunia saat ini, saya rasa ada baiknya untuk datang ke tempat seperti ini dan melihat begitu banyak orang dan agama berkumpul bersama,” tuturnya.